Kitab Puasa


Keutamaan Bulan Ramadhan

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ بْنِ كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ

. Abu Kuraib Muhammad bin Al Ala bin Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Bakar bin Ayyasy memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila tiba awal malam bulan Ramadhan, maka syetan-syetan dan jin yang durhaka dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintupun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka dan tidak ada satupintupun yang ditutup, lalu (malaikat) penyeru menyerukan, "Wahai orang yang menghendaki kebaikan, datanglah. Wahai orang yang menghendaki kejelekan, berhentilah. Allah juga mempunyai pembebas-pembebas dari neraka. Hal itu (terjadi) pada tiap malam. " Shahih: Ibnu Majah (1642)

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, Ibnu Mas'ud, dan Salman."

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ وَالْمُحَارِبِيُّ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah dan Al Muharibi memberitahukan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Nabi SAW bersabda, 'Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan menegakkan (ibadah) dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka diampunilah dosanya yang telah lampau. Barangsiapa menegakkan (ibadah) pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampunilah dosanya yang telah lampau'." Shahih: Ibnu Majah (1326) dan Muttafaq 'alaih

Hadits ini shahih. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Abu Bakar bin Ayasi adalah hadits gharib. Kami tidak mengetahui seperti riwayat Abu Bakar bin Ayyasy dari Al A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, kecuali dari hadits Abu Bakar." Ia berkata, "Aku bertanya kepada Muhammad bin Ismail tentang hadits ini, lalu ia berkata, 'Al Hasan bin Ar-Rabi' memberitahukan kepada kami, Abu AI Ahwash memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Mujahid dalam ucapannya, ia berkata, "Apabila pada awal malam bulan Ramadhan....".' kemudian ia menuturkan hadits tersebut." Muhammad berkata, "Hadits ini menurutku lebih shahih daripada hadits Abu Bakar bin Ayyasy. "

Tidak Boleh Mendahului Bulan Ramadhan dengan Puasa

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا الشَّهْرَ بِيَوْمٍ وَلَا بِيَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَعُدُّوا ثَلَاثِينَ ثُمَّ أَفْطِرُوا

. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Nabi SAW bersabda, 'Janganlah kalian mendahului bulan (Ramadhan) dengan satu atau dua hari kecuali bertepatan dengan hari yang sudah menjadi kebiasaan berpuasa bagi salah seorang dari kalian. Berpuasalah kamu karena melihat (bulan) dan berbukalah kamu karena melihat (bulan). Apabila keadaan berawan menghalangi kalian, maka hitunglah (bulan tersebut) tiga puluh hari, kemudian berbukalah'. " Shahih: IbnuMajah (1650 dan 1655) dan Muttafaq 'alaih

Ia berkata, "Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi SAW." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih" Menurut para ulama dalam mengamalkan hadits ini makruh hukumnya menjalankan ibadah puasa sebelum masuk bulan Ramadhan. Namun apabila seseorang biasa berpuasa kemudian puasanya bertepatan dengan hari masuknya bulan Ramadhan, maka menurut ulama hal itu tidak apa-apa.

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ قَبْلَهُ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ رَجُلٌ كَانَ يَصُومُ صَوْمًا فَلْيَصُمْهُ

. Hannad menceritakan kepada kami, Waki' memberitakan kepada kami, dari Ali bin Al Mubarak, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kalian mendahului bulan Ramadhan dengan puasa satu atau dua hari sebelumnya, kecuali seseorang yang biasa berpuasapada hari itu'." Shahih: Ibnu Majah (1650) dan Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."

Larangan Puasa Pada Hari yang Masih Diragukan (Apakah sudah Masuk Bulan Ramadhan Atau Belum)

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ عَمْرِو بْنِ قَيْسٍ الْمُلَائِيِّ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ فَأُتِيَ بِشَاةٍ مَصْلِيَّةٍ فَقَالَ كُلُوا فَتَنَحَّى بَعْضُ الْقَوْمِ فَقَالَ إِنِّي صَائِمٌ فَقَالَ عَمَّارٌ مَنْ صَامَ الْيَوْمَ الَّذِي يَشُكُّ فِيهِ النَّاسُ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Abu Sa'id Abdullah bin Sa'id Al Asyaj menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar memberitahukan kepada kami dari Amr bin Qais, dari Abu Ishak, dari Shilah bin Zufar, ia berkata, "Ketika kami berada di rumah Ammar bin Yasir, ia menghidangkan sate kambing lalu berkata, 'Makanlah'. Sebagian orang berpaling dan berkata, 'Aku sedangpuasa'. Ammar lantas berkata, 'Barangsiapa berpuasa pada hari yang diragukan (apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum) maka ia telah mendurhakai Abu Al Qasim (Muhammad SAW)'. " Shahih: Ibnu Majah (1645)

Ia berkata, "Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Anas." Abu Isa berkata, "Hadits Ammar bin Yasir adalah hadits hasan shahih." Ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan para tabiin sesudah mereka sepakat untuk mengenalkan hadits ini. Sufyan Ats-Tsauri, Malik bin Anas, Abdullah bin Al Mubarak, As-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq membenci seseorang yang berpuasa pada hari yang diragukan. Mayoritas dari mereka berpendapat bahwa seandainya seseorang berpuasa pada hari yang diragukan dan ternyata hari itu sudah masuk bulan Ramadhan, maka ia harus mengqadha satu hari sebagai gantinya.

Menghitung-hitung Hilal Bulan Sya'ban untuk Ramadhan

حَدَّثَنَا مُسْلِمُ بْنُ حَجَّاجٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ أَحْصُوا هِلَالَ شَعْبَانَ لِرَمَضَانَ

. Muslim bin Hajjaj menceritakan kepada kami, Yahya bin Yahya memberitahukan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Hitung-hitunglah hilal bulan Sya'ban untuk (menetapkan) Ramadhan'." Hasan: Ash-Shahih (565)

Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits gharib. Kami tidak tahu hadits seperti di atas kecuali dari hadits Mu'awiyah." Hadits yang shahih adalah hadits yang diriwayatkan dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Janganlah kamu mendahului bulan Ramadhan dengan (puasa) sehari atau dua hari. " Demikianlah hadits yang diriwayatkan dari Yahya bin Abu Katsir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah ... seperti halnya hadits Muhammad bin Amr Al-Laitsi.

Berpuasa dan Berbuka karena Melihat Hilal (Bulan Sabit)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَصُومُوا قَبْلَ رَمَضَانَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ حَالَتْ دُونَهُ غَيَايَةٌ فَأَكْمِلُوا ثَلَاثِينَ يَوْمًا

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Ahwas menceritakan kepada kami dari Simak bin Harb bin Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "'Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kamu berpuasa sebelum Ramadhan. Berpuasalah kamu karena melihat hilal (bulan sabit) dan berbukalah kamu karena melihatnya. Apabila keadaan sedang mendung, maka sempurnakanlah tiga puluh hari'. " Shahih: Shahih Abu Daud (2016)

Didalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Abu Bakrah, dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih." Hadits ini juga diriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan sanad atau jalur lain.

Satu Bulan Bisa Dua Puluh Sembilan Hari

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ أَخْبَرَنِي عِيسَى بْنُ دِينَارٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ بْنِ أَبِي ضِرَارٍ عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ مَا صُمْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تِسْعًا وَعِشْرِينَ أَكْثَرُ مِمَّا صُمْنَا ثَلَاثِينَ

. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Yahya bin Zakariya bin Abu Zaidah menceritakan kepada kami, Isa bin Dinar menceritakan kepada kami dari ayahnya, dari Amr bin Harits bin Abu Dhirar, dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Aku berpuasa dua puluh sembilan hari bersama Rasulullah SAW; lebih sering aku lakukan daripada puasa tiga puluh hari." Shahih: IbnuMajah (1658)

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits Umar, Abu Hurairah, Aisyah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas, Jabir, Ummu Salamah, dan Abu Bakrah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Satu bulan mungkin duapuluh sembilan hari. "

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ آلَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ نِسَائِهِ شَهْرًا فَأَقَامَ فِي مَشْرُبَةٍ تِسْعًا وَعِشْرِينَ يَوْمًا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ آلَيْتَ شَهْرًا فَقَالَ الشَّهْرُ تِسْعٌ وَعِشْرُونَ

. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far menceritakan kepada kami dari Humaid, dari Anas, dia berkata, "Rasulullah SAW pernah bersumpah kepada istrinya (untuk tidak menemui mereka) selama satu bulan, lalu beliau bertempat (menyendiri) di kamar selama dua puluh sembilan hari. Para sahabat berkata, 'Wahai Rasulullah! sesungguhnya engkau telah bersumpah selama satu bulan?' Beliau bersabda, 'Satu bulan kadang dua puluh sembilan hari'. " Shahih: Shahih Bukhari

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."

Bulan Dua Hari Raya itu Tidak Berkurang

حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ يَحْيَى بْنُ خَلَفٍ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ خَالِدٍ الْحَذَّاءِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرَا عِيدٍ لَا يَنْقُصَانِ رَمَضَانُ وَذُو الْحِجَّةِ

. Abu Salamah Yahya bin Khalaf Al Bashri menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Mufadhdhal memberitahukan kepada kami dari Khalid Al Hadzdza, dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari ayahnya, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Bulan dua hari raya itu tidak berkurang, yaitu bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah'." Shahih: IbnuMajah (1659) dan Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits Abu Bakrah adalah hadits hasan. " Hadits tersebut diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari Nabi SAW. Ahmad berkata, "Yang dimaksud dengan hadits "Bulan dua hari raya itu tidak berkurang " yaitu: dua hari raya itu tidak berkurang secara bersama-sama dalam satu tahun, yaitu bulan Ramadhan dan bulan Dzulhijjah. Apabila salah satunya ganjil, maka yang lain genap. " Ishaq berpendapat "Keduanya tidak berkurang." Ia berkata, "Apabila bulan itu hanya dua puluh sembilan hari, maka bulan itu telah sempurna, tidak berkurang." Menurut pendapat Ishaq, bisa saja dua bulan itu berkurang secara bersama-sama dalam satu tahun.

Setiap Negeri Mengikuti Rukyat Penduduknya

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي حَرْمَلَةَ أَخْبَرَنِي كُرَيْبٌ أَنَّ أُمَّ الْفَضْلِ بِنْتَ الْحَارِثِ بَعَثَتْهُ إِلَى مُعَاوِيَةَ بِالشَّامِ قَالَ فَقَدِمْتُ الشَّامَ فَقَضَيْتُ حَاجَتَهَا وَاسْتُهِلَّ عَلَيَّ هِلَالُ رَمَضَانَ وَأَنَا بِالشَّامِ فَرَأَيْنَا الْهِلَالَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ ثُمَّ قَدِمْتُ الْمَدِينَةَ فِي آخِرِ الشَّهْرِ فَسَأَلَنِي ابْنُ عَبَّاسٍ ثُمَّ ذَكَرَ الْهِلَالَ فَقَالَ مَتَى رَأَيْتُمْ الْهِلَالَ فَقُلْتُ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ أَأَنْتَ رَأَيْتَهُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَقُلْتُ رَآهُ النَّاسُ وَصَامُوا وَصَامَ مُعَاوِيَةُ قَالَ لَكِنْ رَأَيْنَاهُ لَيْلَةَ السَّبْتِ فَلَا نَزَالُ نَصُومُ حَتَّى نُكْمِلَ ثَلَاثِينَ يَوْمًا أَوْ نَرَاهُ فَقُلْتُ أَلَا تَكْتَفِي بِرُؤْيَةِ مُعَاوِيَةَ وَصِيَامِهِ قَالَ لَا هَكَذَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far memberitahukan kepada kami, Muhammad bin Abu Harmalah memberitahukan kepada kami, Kuraib memberitahukan kepadaku: Ummu Al Fadhl binti Al Harits mengutusnya (untuk menghadap) Mu'awiyah di Syam. Ia berkata, "Aku sampai ke Syam, lantas menyelesaikan urusanku dan aku melihat hilal (bulan sabit) bulan Ramadhan telah terbit, sedangkan aku berada di Syam. Kami melihat bulan itu pada malam Jum'at. Aku sampai di Madinah pada akhir bulan Ramadhan dan Ibnu Abbas bertanya kepadaku, kemudian ia menyebutkan hilal tersebut, ia bertanya, 'Kapan kamu melihat bulan itu?' Aku menjawab, 'Kami melihatnya pada malam Jum 'at'. Ia bertanya lagi, 'Apakah kamu melihatnya pada malam Jum 'at?' Aku katakan, 'Orang-orang melihatnya, kemudian mereka berpuasa dan Mu'awiyah juga berpuasa'. Kemudian ia berkata, 'Tetapi kamu melihatnya pada malam Sabtu, dan kami masih berpuasa hingga menyempurnakan tiga puluh hari atau (sampai) kami melihatnya'. Aku lalu berkata, 'Apakah tidak cukup dengan melihat Mu'awiyah dan puasanya?' Ia menjawab, 'Tidak, Rasulullah SAW memerintahkan kami demikian'. " Shahih: Shahih Abu Daud (1021) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih gharib." Dalam mengamalkan hadits ulama berpendapat bahwa setiap penduduk negeri mengikuti ru'yat (melihat bulan) di negeri mereka.

Apa yang Disunahkan untuk Berbuka Puasa

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ ثَابِتٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلَى رُطَبَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

. Muhammad bin Rafi menceritakan kepada kami, Abdurrazaq memberitahukan kepada kami, Abdurrazak menceritakan kepada kami, Ja'far bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Tsabit, dari Anas bin Malik, ia berkata, "Rasulullah SAW berbuka puasa dengan beberapa buah kurma basah. Apabila tidak ada kurma basah, maka dengan kurma kering. Apabila tidak ada kurma kering, maka beliau meminum air beberapa teguk " Shahih: Irwa Al Ghalil (922) dan Shahih Abu Daud (2040)

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Abu Isa berkata, "Diriwayatkan bahwa pada musim dingin Rasulullah SAW berbuka dengan kurma kering, sedangkan pada musim panas dengan air."

Puasa, Idul Fitri, dan Idul Adha

أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مُحَمَّدٍ الْأَخْنَسِيِّ عَنْ سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ

. Muhammad bin Ismail menceritakan kepada kami, Ibrahim bin Al Mundzir memberitahukan kepada kami, Ishaq bin Ja'far bin Muhammad memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Abdullah bin Muhammad menceritakan kepadaku dari Utsman bin Muhammad, dari Al Maqburi, dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, "Puasa (Ramadhan) adalah hari kamu berpuasa, Idul Fitri adalah hari kamu berbuka, dan Idul Adha adalah hari kamu menyembelih hewan Kurban." Shahih: Ibnu Majah (1660)

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan gharib." Sebagian ulama menginterpretasikan hadits ini dengan berkata, "Maksud hadits ini adalah: berpuasa dan berbuka adalah bersama-sama dengan orang banyak."

Waktu Berbuka Puasa

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ وَأَدْبَرَ النَّهَارُ وَغَابَتْ الشَّمْسُ فَقَدْ أَفْطَرْتَ

. Harun bin Ishaq Al Hamdani menceritakan kepada kami, Abdah memberitahukan kepada kami, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Ashim bin Umar, dari Umar bin Al Khaththab, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila malam telah tiba, siang telah lenyap, dan matahari telah terbenam, maka kamu boleh berbuka'. " Shahih: Shahih Abu Daud (2036), Irwa Al Ghalil (916), dan Muttafaq 'alaih

Ia berkata, "Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abu Aufa dan Abu Sa'id." Abu Isa berkata, "Hadits Umar adalah hadits hasan shahih."

Segera Berbuka

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ ح قَالَ و أَخْبَرَنَا أَبُو مُصْعَبٍ قِرَاءَةً عَنْ مَالِكٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

. Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi memberitahukan kepada kami dari Abu Hazim, Abu Mush'ab memberitahukan kepada kami -dengan bacaan- dari Malik bin Anas, dari Abu Hazim, dari Sahal bin Sa'ad, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Manusia selalu berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa'." Shahih: Irwa Al Ghalil (917)

Didalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Aisyah, dan Anas bin Malik. Abu Isa berkata, "Hadits Sahal bin Sa'ad adalah hadits hasan shahih." Itulah pendapat ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW. Mereka mensunahkan untuk segera berbuka puasa. Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga berpendapat seperti itu.

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ أَبِي عَطِيَّةَ قَالَ دَخَلْتُ أَنَا وَمَسْرُوقٌ عَلَى عَائِشَةَ فَقُلْنَا يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ رَجُلَانِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَدُهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ وَالْآخَرُ يُؤَخِّرُ الْإِفْطَارَ وَيُؤَخِّرُ الصَّلَاةَ قَالَتْ أَيُّهُمَا يُعَجِّلُ الْإِفْطَارَ وَيُعَجِّلُ الصَّلَاةَ قُلْنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ قَالَتْ هَكَذَا صَنَع رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْآخَرُ أَبُو مُوسَى

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Umarah bin Umair, dari Abu Athiyah, ia berkata, "Aku masuk ke rumah Aisyah bersama Masruq, kemudian kami berkata, 'Wahai Ummul Mukminin, ada dua orang sahabat Nabi Muhammad SAW; yang satu senang menyegerakan berbuka dan shalat, sedangkan yang lain biasa mengakhirkan berbuka dan shalatnya'. Aisyah bertanya, 'Siapa di antara keduanya yang senang menyegerakan berbuka dan shalat?' Kami menjawab, 'Abdullah bin Mas'ud'. Aisyah berkata, 'Rasulullah SAW biasa mengerjakan hal yang seperti itu'. Sahabat yang satunya lagi adalah Abu Musa." Shahih: Shahih Abu Daud (2039) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Nama Abu Athiyah adalah Malik bin Abu Amir Al Hamdani. Ia biasa dipanggil Ibnu Amir Al Hamdani.

Mengakhirkan Makan Sahur

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ حَدَّثَنَا هِشَامٌ الدَّسْتُوَائِيُّ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ قَالَ تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُمْنَا إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ قُلْتُ كَمْ كَانَ قَدْرُ ذَلِكَ قَالَ قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً

. Yahya bin Musa Abu Daud Ath-Thayalisi menceritakan kepada kami, Hisyam Ad-Dastawa'i memberitahukan kepada kami dari Qatadah, dari Anas, dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, "Kami makan sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami mendirikan shalat." Ia berkata, "Aku bertanya, 'Berapa lama kira-kira?' Ia menjawab, 'Kira-kira 50 ayat'." Shahih: Muttafaq 'alaih

. Hannad menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami dari Hisyam dengan hadits yang serupa, tetapi ia berkata, "Kira-kira bacaan 50 ayat. " Ia berkata, "Didalam bab ini terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hudzaifah." Abu Isa berkata, "Hadits Zaid bin Tsabit adalah hadits hasan shahih." Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga suka mengakhirkan makan sahur.

Fajar

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا مُلَازِمُ بْنُ عَمْرٍو حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ النُّعْمَانِ عَنْ قَيْسِ بْنِ طَلْقٍ حَدَّثَنِي أَبِي طَلْقُ بْنُ عَلِيٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا يَهِيدَنَّكُمْ السَّاطِعُ الْمُصْعِدُ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَعْتَرِضَ لَكُمْ الْأَحْمَرُ

. Hannad menceritakan kepada kami, Mulazim bin Amr menceritakan kepada kami, Abdullah bin Nu'man menceritakan kepadaku dari Qais bin Thalq, Abu Thalq bin Ali menceritakan kepadaku bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Makan dan minumlah hingga kalian dikagetkan dengan (melihat) cahaya yang menyemburat ke langit, dan makan minumlah kalian hingga tampak oleh kalian awan yang merah." Hasan Shahih: Shahih Abu Daud (2033)

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Adi bin Hatim, Abu Dzar, serta Samurah." Abu Isa berkata, "Hadits Thalq bin Ali adalah hadits hasan gharib dari jalur ini." Ulama mengamalkan hadits ini, yaitu bolehnya makan dan minum bagi orang yang berpuasa hingga Fajar merah membentang. Demikianlah pendapat sebagian besar para ulama.

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَيُوسُفُ بْنُ عِيسَى قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ أَبِي هِلَالٍ عَنْ سَوَادَةَ بْنِ حَنْظَلَةَ هُوَ الْقُشَيْرِيُّ عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدَبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَمْنَعَنَّكُمْ مِنْ سُحُورِكُمْ أَذَانُ بِلَالٍ وَلَا الْفَجْرُ الْمُسْتَطِيلُ وَلَكِنْ الْفَجْرُ الْمُسْتَطِيرُ فِي الْأُفُقِ

. Hannad dan Yusuf bin Isa menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Waki' menceritakan kepada kami dari Abu Hilal, dari Sawadah bin Hanzhalah -dia adalah Al Qusyairi- dari Samurah bin Jundab, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah adzannya Bilal dan Fajar yang memanjang menghalangi makan sahw kalian, namun (yang menghalangi kalian dari sahur) adalah Fajaryang merata (tersebar) di ufuk timur." Shahih'. Shahih Abu Daud (2031) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan."

Larangan Menggunjing Bagi Orang yang Berpuasa

حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ قَالَ وَأَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ بِأَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

. Abu Musa Muhammad Al Mutsana menceritakan kepada kami, Utsman bin Umar memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Ibnu Abu Dzi'b juga menceritakan kepada kami dari Sa'id Al Maqburi, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, 'Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya, maka Allah tidak butuh kepada makan dan minum yang tinggalkannya'." Shahih: Ibnu Majah (1689) dan Shahih Bukhari

Didalam bab ini terdapat hadits dari Anas. Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."

Keutamaan Sahur

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ قَتَادَةَ وَعَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Awanah memberitahukan kepada kami dari Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib, dari Anas bin Malik, ia mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, "Makan sahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya di dalam sahur mengandung berkah." Shahih: Ibnu Majah (1692) dan Muttafaq 'alaih

Didalam bab ini terdapat hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas'ud, Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas, Amr bin Al Ash, Al Irbad bin Sariyah, Utbah bin Abd, dan Abu Ad-Darda. Abu Isa berkata, "Hadits Anas tersebut adalah hadits hasan shahih. " Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Yang memisahkan (membedakan) antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur."

. Qutaibah juga menceritakan kepada kami hadits seperti di atas, Al Laits memberitahukan kepada kami dari Musa bin Ali, dari ayahnya, dari Abu Qais -pelayan Amr bin Al Ash- dari Amr bin Al Ash, dari Nabi SAW, dengan hadits seperti di atas. Shahih: Hijabul Mar'ah Muslimah (hal: 88), Shahih Abu Daud (2029), dan Shahih Muslim

Ia berkata, "Hadits ini hasan shahih."Ulama Mesir menyebutkan, "Musa bin Ali" sedangkan ulama Irak menyebutkan, "Musa bin Ali bin Rabah Al-Lakhmi. "

Berpuasa dalam Perjalanan Hukumnya Makruh

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ إِلَى مَكَّةَ عَامَ الْفَتْحِ فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ وَصَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمْ الصِّيَامُ وَإِنَّ النَّاسَ يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ الْعَصْرِ فَشَرِبَ وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ إِلَيْهِ فَأَفْطَرَ بَعْضُهُمْ وَصَامَ بَعْضُهُمْ فَبَلَغَهُ أَنَّ نَاسًا صَامُوا فَقَالَ أُولَئِكَ الْعُصَاةُ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad menceritakan kepada kami dari Ja'far bin Muhammad, dari ayahnya, dari Jabir bin Abdullah: Rasulullah SAW pergi ke Makkah pada tahun penaklukan kota Makkah. Beliau SAW berpuasa sehingga Kura' Al Ghamim dan orang-orangpun berpuasa bersama beliau. Kemudian dikatakan kepada beliau, "Sesungguhnya orang-orang merasa berat untuk berpuasa dan sesungguhnya orang-orang menunggu apa yang sedang engkau kerjakan. " Beliau lantas meminta segelas air sesudah Ashar dan meminumnya. Orang-orang melihat beliau, lalu sebagian lain tetap berpuasa. Kemudian diberitahukan kepada beliau bahwa ada orang-orang yang masih berpuasa, maka beliau lantas bersabda, "Mereka orang-orang yang berbuat maksiat. " Shahih: Irwa Al Ghalil (4/57) dan Shahih Muslim

Didalam bab ini terdapat hadits yang diriwayatkan dari Ka'ab bin Ashim, Ibnu Abbas, dan Abu Hurairah. Diriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda, Artinya: "Puasa dalam bepergian tidak termasuk kebaikan. "

Para ulama berbeda pendapat tentang berpuasa dalam bepergian; sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain berpendapat bahwa berbuka dalam bepergian merupakan hal yang lebih utama, sehingga ada di antara mereka yang berpendapat bahwa apabila seseorang berpuasa dalam bepergian maka ia harus mengulanginya. Ahmad dan Ishaq memilih berbuka ketika bepergian. Sebagian ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain berpendapat, "Apabila seseorang kuat lalu ia berpuasa, maka itu baik dan lebih utama. Apabila ia berbuka, maka itu juga baik." Itulah pendapat Sufyan Ats-Tsauri, Malik bin Anas, dan Abdullah Al Mubarak. Asy-Syafi'i berkata, "Yang dimaksud sabda Nabi SAW, 'Puasa dalam bepergian tidak termasuk kebaikan' dan sabda beliau ketika diberitahu bahwa orang-orang tetap berpuasa kemudian beliau bersabda, 'Mereka termasuk orang-orang yang berbuat maksiat." adalah: apabila hatinya cenderung untuk tidak menerima rukhshah (keringanan) Allah Ta'ala. Sedangkan bila ia berpendapat bahwa berbuka itu diperbolehkan dan ia berpuasa serta kuat untuk mengerjakannya, maka hal itu lebih baik menurutku."

Rukhsah (keringanan) dalam Bepergian (untuk tidak berpuasa)

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ حَمْزَةَ بْنَ عَمْرٍو الْأَسْلَمِيِّ سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الصَّوْمِ فِي السَّفَرِ وَكَانَ يَسْرُدُ الصَّوْمَ فَقَال رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ شِئْتَ فَصُمْ وَإِنْ شِئْتَ فَأَفْطِرْ

. Harun bin Ishaq Al Hamdani menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah: Hamzah bin Amr Al Aslami menanyakan kepada Rasulullah SAW mengenai puasa dalam bepergian, sedangkan ia sedang mengerjakan puasa. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kamu mau, maka berpuasalah. Apabila kamu mau, maka berbukalah. " Shahih'. Ibnu Majah (1662) dan Muttafaq 'alaih

Ia berkata, "Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Abu Sa'id, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Amr, Abu Ad-Darda', dan Hamzah bin Amr Al Aslami." Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah yang menerangkan bahwa Hamzah bin Amr Al Aslami yang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang masalah ini adalah hadits hasan shahih. "

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ يَزِيدَ أَبِي مَسْلَمَةَ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كُنَّا نُسَافِرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ فَمَا يَعِيبُ عَلَى الصَّائِمِ صَوْمَهُ وَلَا عَلَى الْمُفْطِرِ إِفْطَارَهُ

. Nashr bin Ali Al Jahdhami menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Mufadhdhal memberitahukan kepada kami dari Sa'id bin Yazid Abu Maslamah, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Kami bepergian bersama Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan. Beliau tidak mencela puasanya orang-orang yang berpuasa dan tidak mencela orang-orang yang berbuka. " Shahih: Ibnu Majah (3/143) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا الْجُرَيْرِيُّ ح قَالَ و حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ الْجُرَيْرِيِّ عَنْ أَبِي نَضْرَةَ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ كُنَّا نُسَافِرُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الْمُفْطِرُ فَلَا يَجِدُ الْمُفْطِرُ عَلَى الصَّائِمِ وَلَا الصَّائِمُ عَلَى الْمُفْطِرِ فَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّهُ مَنْ وَجَدَ قُوَّةً فَصَامَ فَحَسَنٌ وَمَنْ وَجَدَ ضَعْفًا فَأَفْطَرَ فَحَسَنٌ

. Nashr bin Ali menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai memberitahukan kepada kami, Al Jurairi memberitahukan kepada kami, Sufyan bin Waki' memberitahukan kepada kami, Abdul A'la memberitahukan kepada kami dari Al Jurairi, dari Abu Nadhrah, dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Kami bepergian bersama Rasulullah SAW. Di antara kami adayang berpuasa dan ada yang berbuka. Orang yang berbuka tidak mencela orang yang berpuasa dan orangyang berpuasa mencela orangyang berbuka. " Mereka berpendapat bahwa barangsiapa mendapatkan kekuatan lalu ia berpuasa, maka itu baik. Barangsiapa mendapatkan dirinya lemah lalu ia berbuka, maka itu juga baik. Shahih: Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih."

Puasa untuk Orang yang Meninggal Dunia

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ وَمُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ وَعَطَاءٍ وَمُجَاهِدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُخْتِي مَاتَتْ وَعَلَيْهَا صَوْمُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُخْتِكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ تَقْضِينَهُ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ فَحَقُّ اللَّهِ أَحَقُّ

. Abu Sa'id Al Asyaj menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Salamah bin Kuhail dan Muslim Al Bathin, dari Sa'id bin Jubair, Atha, dan Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Seorang perempucm datang kepada Nabi SAW lalu bertanya, 'Sesungguhnya saudaraku meninggal dunia dan ia mempunyai kewajiban puasa dua bulan berturut-turut'. Beliau bersabda, 'Bagaimana pendapatmu jika saudaramu mempunyai utang? Apakah kamu akan membayarnya?' Orang perempuan itu berkata, 'Ya'. Beliau bersabda, 'Hak Allah lebih berhak (untuk ditunaikan)'. " Shahih: IbnuMajah (1758) dan Muttafaq 'alaih

Masalah yang sama diriwayatkan pula dari Buraidah, Ibnu Umar, dan Aisyah. Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih. "

. Abu Kuraib menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar memberitahukan kepada kami dari Al A'masy dengan sanad seperti ini juga.

Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas adalah hadits hasan shahih." Ia berkata, "Aku mendengar Muhammad berkata, 'Abu Khalid Al Ahmar meriwayatkan dengan baik hadits ini dari Al A'masy'." Muhammad berkata, "Selain Abu Khalid, ada yang meriwayatkan hadits ini seperti riwayat Abu Khalid. " Abu Isa berkata, "Abu Mu'awiyah dan beberapa orang lainnya meriwayatkan hadits ini dari Al A'masy, dari Muslim Al Bathin, dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi SAW, tetapi mereka tidak menyebutkan (di dalam hadits itu) dari Salamah bin Kuhail, tidak dari Atha, dan tidak pula dari Mujahid. " Nama Abu Khalid adalah Sulaiman bin Habban.

Orang yang Muntah dengan Sengaja

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ هِشَامِ بْنِ حَسَّانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَمَنْ اسْتَقَاءَ عَمْدًا فَلْيَقْضِ

. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Isa bin Yunus memberitahukan kepada kami dari Hisyam bin Hasan, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa muntah karena terpaksa (tidak disengaja), maka tidak wajib mengqadha (puasa). Tetapi barangsiapa muntah dengan sengaja, maka ia harus mengqadha. " Shahih: Ibnu Majah (1676)

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ad-Darda, Tsauban, dan Fadhalah bin Ubaid." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan gharib yang tidak kami ketahui dari hadits Hisyam, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, kecuali dari hadits Isa bin Yunus." Muhammad berkata, "Aku tidak memandang hadits ini adalah hadits yang akurat" Abu Isa berkata, "Hadits ini diriwayatkan tidak dari satu jalur (dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW), tetapi sanadnya tidak shahih." Diriwayatkan oleh Abu Darda', Tsauban, dan Fadhalah bin Ubaid bahwa Nabi SAW muntah lalu beliau berbuka. Maksud hadits tersebut adalah: Nabi SAW mengerjakan puasa sunah, lalu beliau muntah dan merasa lemas, sehingga beliau berbuka. Demikianlah yang diriwayatkan dalam sebagian hadits. Dalam mengamalkan hadits Abu Hurairah dari Nabi SAW menurut para ulama adalah: apabila orang yang berpuasa berbuka karena muntah yang tidak disengaja, maka ia tidak wajib mengqadha. Tetapi apabila ia sengaja muntah, maka ia wajib mengqadhanya. Demikianlah pendapat yang diikuti oleh Asy-Syafi'i, Ats-Tsauri, Ahmad, dan Ishaq.

Orang yang Berpuasa Lalu Makan dan Minum karena Lupa

حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ عَنْ حَجَّاجِ بْنِ أَرْطَاةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ ابْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَكَلَ أَوْ شَرِبَ نَاسِيًا فَلَا يُفْطِرْ فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ رَزَقَهُ اللَّهُ

. Abu Sa'id Asyaj menceritakan kepada kami, Abu Khalid Al Ahmar memberitahukan kepada kami dari Hajjaj bin Arthah, dari Qatadah, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa makan dan minum karena lupa makajanganlah berbuka (membatalkan puasanya), karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang dikaruniakan Allah kepadanya'. " Shahih: Ibnu Majah (1673) dan Muttafaq 'alaih

. Abu Sa'id menceritakan kepada kami, Abu Usamah memberitahukan kepada kami dari Auf, dari Ibnu Sirin dan Khallas, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, dengan hadits seperti di atas. Shahih'. Lihat sebelumnya

Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Ummu Ishaq Al Ghanawiyah. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih." Mayoritas ulama mengamalkan hadits ini. Demikianlah yang diikuti oleh Sufyan Ats-Tsauri, Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq. Malik bin Anas berkata, "Apabila seseorang makan pada bulan Ramadhan, karena lupa maka ia wajib mengqadha puasanya." Pendapat yang pertama lebih shahih (tidak mengqadha puasanya).

Denda Berbuka (tidak puasa) Pada Bulan Ramadhan

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ وَأَبَو عَمَّارٍ وَالْمَعْنَى وَاحِدٌ وَاللَّفْظُ لَفْظُ أَبِي عَمَّارٍ قَالَا أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ أَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلَكْتُ قَالَ وَمَا أَهْلَكَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ قَالَ هَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُعْتِقَ رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لَا قَالَ اجْلِسْ فَجَلَسَ فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ وَالْعَرَقُ الْمِكْتَلُ الضَّخْمُ قَالَ تَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ مَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَحَدٌ أَفْقَرَ مِنَّا قَالَ فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ قَالَ فَخُذْهُ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ

. Nashr bin Ali Al Jahdhami dan Abu Amr menceritakan kepada kami -dengan makna yang sama, tetapi ucapannya adalah ucapan Abu Ammar- ia berkata, "Sufyan bin Uyainah memberitahukan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Humaid bin Abdurrahman, dari Abu Hurairah, ia berkata, 'Seorang lelaki datang (kepada Rasulullah), lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah celaka. " Beliau bertanya, "Apa yang membuat kamu celaka?" Ia menjawab, "Aku bersetubuh dengan istriku pada bulan Ramadhan." Beliau bertanya, "Apakah kamu mampu memerdekakan seorang budak? " la menjawab, "Tidak. " Beliau bertanya, "Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut? " Ia menjawab, "Tidak. " Beliau bertanya, "Apakah kamu mampu memberi makan 60 orang miskin?" Ia menjawab, "Tidak. " Beliau bersabda, "Duduklah. " Orang itupun duduk. Kemudian Nabi SAW memberi satu 'araq (keranjang) yang berisi kurma kepada lelaki itu -'araq adalah keranjang besar-. Kemudian beliau bersabda, "Sedekahkanlah ini. " Ia berkata, "Tidak ada di antara dua batu hitamnya (kota Madinah) seseorang yang lebih melarat daripada kami. " Ia berkata, "Kemudian Nabi SAW tertawa sehingga kelihatan gigi-gigi taring beliau. Beliau bersabda, 'Ambillah kurma itu dan berilah keluargamu makan dengan kurma itu'. " Shahih: Ibnu Majah (1671) dan Muttafaq 'alaih

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar, Aisyah, dan Abdullah bin Amr." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih." Menurut para ulama hadits ini berkenaan dengan orang yang berbuka karena bersetubuh yang disengaja pada siang bulan Ramadhan. Tentang orang yang berbuka karena makan dan minum dengan disengaja, maka para ulama berbeda pendapat dalam masalah itu. Sebagian di antara mereka berpendapat bahwa dia wajib mengqadha dan membayar kafarat (denda). Mereka menyerupakan makan dan minum dengan bersetubuh. Demikianlah pendapat Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al Mubarak, dan Ishaq." Sebagian lain berpendapat bahwa dia wajib mengqadha tetapi tidak wajib membayar kafarat, karena Nabi SAW hanya menyebutkan kafarat karena bersetubuh, beliau menyebutkan kafarat karena tidak makan dan minum. Mereka berkata, "Makan dan minum tidak bisa diserupakan dengan bersetubuh." Demikianlah pendapat Asy-Syafi'i dan Ahmad. Asy-Syafi'i berkata, "Maksud perkataan Nabi SAW kepada seseorang yang berbuka lalu beliau memberikan (kurma) kepadanya, 'Ambillah dan berilah makan keluargamu dengannya', mengandung beberapa pengertian, dimana kafarat itu hanya diwajibkan kepada orang yang mampu membayarnya. Sedangkan (orang yang datang kepada beliau) tidak mampu membayar kafarat. Setelah Nabi SAW memberitahu sesuatu kepadanya dan ia telah memilikinya, maka orang itu berkata, 'Tidak ada orang yang membutuhkannya daripada kami'. Lantas Nabi SAW bersabda, 'Ambillah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu'. Sesungguhnya kafarat hanya diwajibkan kepada orang yang mempunyai kelebihan bahan makanan." Asy-Syafi'i cenderung memilih bahwa orang yang kondisinya seperti itu (memiliki makanan yang hanya cukup dimakan) maka hendaknya ia memakannya, sedangkan kafarat yang diwajibkan kepadanya merupakan utang; bila sewaktu-waktu ia memiliki maka ia harus membayar kafarat tersebut.

Ciuman bagi Orang yang Berpuasa

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَقُتَيْبَةُ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ زِيَادِ بْنِ عِلَاقَةَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ فِي شَهْرِ الصَّوْمِ

. Hannad dan Qutaibah menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Abu Al Ahwash memberitahukan kepada kami dari Ziyad bin ilaqah, dari Amr bin Maimun, dari Aisyah: Nabi SAW mencium(nya) pada bulan Ramadhan. Shahih: Ibnu Majah (1683), Shahih Muslim, dan Shahih Bukhari (semisalnya)

Masalah yang sama diriwayatkan pula oleh Umar bin Al Khaththab, Hafshah, Abu Sa'id, Ummu Salamah, Ibnu Abbas, Anas, dan Abu Hurairah. Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah adalah hadits hasan shahih. " Para ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain berbeda pendapat tentang hukum ciuman bagi orang yang berpuasa. Sebagian sahabat Nabi SAW memberi keringanan berciuman kepada orang yang sudah tua dan tidak memberi keringanan kepada orang yang masih muda, karena khawatir orang yang masih muda tidak bisa menahan puasanya. Menurut mereka bersinggungan kulit lebih berat. Sebahagian ulama berpendapat bahwa berciuman itu mengurangi pahala, akan tetapi tidak membatalkan puasa. Mereka berpendapat, bagi orang berpuasa yang mampu menjaga hawa nafsunya, maka ia boleh berciuman. Tetapi yang tidak bisa menjaga hawa nafsunya maka hendaknya meninggalkan ciuman saat puasa, agar puasanya bisa selamat. Itulah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan Asy-Syafi'i.

Bermesraan dengan Istri Saat Berpuasa

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا إِسْرَائِيلُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ أَبِي مَيْسَرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَاشِرُنِي وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ

. Ibnu Abu Umar menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami, Isra' il memberitahukan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Abu Maisarah, dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah SAW sering bermesraan denganku sedangkan beliau berpuasa. Beliau adalah orang yang paling bisa menahan nafsunya di antara kalian." Shahih: Ibnu Majah (1684) dan Muttafaq 'alaih

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ وَالْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَكَانَ أَمْلَكَكُمْ لِإِرْبِهِ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Al Aswad, dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah SAW berciuman dan bermesraan sedangkan beliau berpuasa. Beliau adalah orang yang paling bisa menahan nafsunya di antara kamu sekalian." Shahih: IbnuMajah (1678) dan Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan shahih." Abu Maisarah adalah Amr bin Syurahbil.

Tidak Sah Puasanya Orang yang Tidak Niat Pada Waktu Malam

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ مَنْصُورٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ أَخْبَرَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَفْصَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يُجْمِعْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

. Ishaq bin Manshur menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Maryam memberitahukan kepada kami, Yahya bin Ayub memberitahukan kepada kami dari Abdullah Abu Bakar, dari Ibnu Syihab, dari Salim bin Abdullah, dari ayahnya, dari Hafshah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Barangsiapa tidak niat berpuasa sebelum Fajar, maka tidak ada puasa baginya (tidak sah). " Shahih: Ibnu Majah (1700)

Abu Isa berkata, "Hadits Hafshah tidak kami ketahui marfu' kecuali dari riwayat ini. Hadits ini diriwayatkan dari Nafi', dari Ibnu Umar seperti lafazh yang diatas. Hal itu lebih shahih. Diriwayatkan juga dari Zuhri secara mauquf. Saya tidak mengetahui seorangpun yang meriwayatkannya secara marfu' kecuali Yahya bin Ayub. Menurut sebagian ulama, maksud hadits ini yaitu: tidak sah puasa bagi orang yang tidak niat sebelum terbit Fajar dalam puasa Ramadhan, mengqadha puasa Ramadhan, atau dalam puasa nadzar. Sedangkan untuk puasa sunah maka ia boleh niat sesudah waktu Subuh. Demikianlah pendapat Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq.

Berbukanya Orang yang Mengerjakan Puasa Sunah

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ ابْنِ أُمِّ هَانِئٍ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ كُنْتُ قَاعِدَةً عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأُتِيَ بِشَرَابٍ فَشَرِبَ مِنْهُ ثُمَّ نَاوَلَنِي فَشَرِبْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ إِنِّي أَذْنَبْتُ فَاسْتَغْفِرْ لِي فَقَالَ وَمَا ذَاكِ قَالَتْ كُنْتُ صَائِمَةً فَأَفْطَرْتُ فَقَالَ أَمِنْ قَضَاءٍ كُنْتِ تَقْضِينَهُ قَالَتْ لَا قَالَ فَلَا يَضُرُّكِ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Al Ahwash memberitahukan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Ibnu Ummu Hani, dari Ummu Hani', ia berkata, "Saat itu aku sedang duduk bersama Rasulullah SAW. Kami kemudian disuguhi minuman, maka beliau dan aku meminumnya. Aku lalu berkata, "Aku telah berbuat dosa, maka mohonkanlah ampunan untukku." Beliau bertanya, "Dosa apakah itu?" Ummu Hani' menjawab, "Aku berpuasa namun berbuka." Beliau bertanya, "Apakah kamu mengerjakan puasa untuk mengqadha'?" Ia menjawab. "Tidak." Beliau bersabda, "Tidak apa apa. " Shahih: Takhrij Al Misykah (2079) dan Shahih Abu Daud (2120)

Ia berkata, 'Tada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa'id dan Aisyah."

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ كُنْتُ أَسْمَعُ سِمَاكَ بْنَ حَرْبٍ يَقُولُ أَحَدُ ابْنَيْ أُمِّ هَانِئٍ حَدَّثَنِي فَلَقِيتُ أَنَا أَفْضَلَهُمَا وَكَانَ اسْمُهُ جَعْدَةَ وَكَانَتْ أُمُّ هَانِئٍ جَدَّتَهُ فَحَدَّثَنِي عَنْ جَدَّتِهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا فَدَعَى بِشَرَابٍ فَشَرِبَ ثُمَّ نَاوَلَهَا فَشَرِبَتْ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا إِنِّي كُنْتُ صَائِمَةً فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّعُ أَمِينُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَإِنْ شَاءَ أَفْطَرَ

. Mahmud bin Ghalian menceritakan kepada kami, Abu Daud menceritakan kepada kami, Syu'bah memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Aku mendengar Simak bin Harb berkata, Salah seorang keturunan Ummu Hani' menceritakan kepadaku, kemudian aku bertemu dengan orang yang paling utama di antara mereka yang bernama Ja'dah, sedangkan Ummu Hani' adalah neneknya. Kemudian Ja'dah menceritakan kepadaku dari neneknya: "Rasulullah SAW masuk ke rumah Ummu Hani'. Kemudian beliau meminta minuman, maka beliau meminumnya. Kemudian disodorkan makanan oleh Ummi Hani', maka beliaupun memakannya. Ia lalu berkata, 'Wahai Rasulullah SAW, sebenarnya tadi aku berpuasa'. Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang mengerjakan puasa sunah adalah pemegang amanat dirinya sendiri, jika ia mau, maka boleh meneruskan puasanya, dan jika mau, maka ia boleh berbuka'." Shahih: Dari sumber yang sama

Syu'bah berkata, "Aku bertanya kepada Ja'dah, 'Apakah kamu mendengar langsung hal itu dari Ummu Hani'?' Ia berkata, Tidak, Abu Shalih memberitahukanku, karena keluarga kami termasuk keluarga Ummu Hani'." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Hammad bin Salamah dari Simak, dari Harun binti Ummu Hani', dari Ummu Hani'. Riwayat Syu'bah binti Ummu Hani' dari Ummu Hani'. Riwayat Syu'bah ini lebih baik, yaitu seperti ini, Mahmud bin Ghalian menceritakan kepada kami dari Abu Daud, ia berkata, "adalah pemegang amanat dirinya." Selain Mahmud, ada juga yang menceritakan kepada kami dari Abu Daud, ia mengatakan (pemegang amanat) atau (penguasa terhadap dirinya tersendiri) ia ragu-ragu. Diceritakan tidak hanya dari satu riwayat dari Syu'bah "penguasa terhadap dirinya" atau "percaya kepada dirinya" dengan ragu-ragu." Ia berkata, "Dalam sanad Ummu Hani' ada seseorang yang diperbincangkan (karena diragukan ke-tsiqah-annya). Menurut ulama -dari sahabat Nabi SAW dan lainnya- jika orang yang melaksanakan puasa sunah berbuka (sebelum waktunya berbuka) maka ia tidak wajib mengqadhanya, kecuali ia memang suka mengqadhanya. Itulah perkataan Sufyan Ats-Tsauri, Imam Ahmad, Ishak, dan Asy-Syafi'i.

Puasa Sunah Tanpa Niat Pada Malam Harinya

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ يَحْيَى عَنْ عَمَّتِهِ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ قَالَتْ قُلْتُ لَا قَالَ فَإِنِّي صَائِمٌ

. Hannad menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami dari Thalhah bin Yahya, dari Aisyah binti Thalhah (bibinya), dari Ummul Mukminin Aisyah, ia berkata, "Suatu hari Rasulullah SAW menemuiku, kemudian bertanya, "Apakah kamu mempunyai sesuatu?" Aku menjawab, "Tidak." Beliau lantas berkata, "Aku berpuasa." Hasan Shahih: Irwa' Al Ghalil (965) Shahih Abu Daud (21119), dan Shahih Muslim

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ السَّرِيِّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ يَحْيَى عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْتِينِي فَيَقُولُ أَعِنْدَكِ غَدَاءٌ فَأَقُولُ لَا فَيَقُولُ إِنِّي صَائِمٌ قَالَتْ فَأَتَانِي يَوْمًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ قَدْ أُهْدِيَتْ لَنَا هَدِيَّةٌ قَالَ وَمَا هِيَ قَالَتْ قُلْتُ حَيْسٌ قَالَ أَمَا إِنِّي قَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا قَالَتْ ثُمَّ أَكَلَ

. Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Bisyr As-Sari memberitahukan kepada kami dari Sufyan, dari Thalhah bin Yahya, dari Aisyah binti Thalhah, dari Ummul Mukminin Aisyah, ia berkata, "Nabi SAW pemah datang kepadaku dan bertanya, 'Apakah kamu mempunyai makanan?' Aku menjawab, Tidak'. Lalu beliau bersabda, 'Aku berpuasa'." Aisyah berkata, "Pada suatu hari beliau datang kepadaku, lalu aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku baru saja diberi hadiah.' Beliau bertanya, 'Apa isi hadiah itu?' Aku menjawab, 'Susu kering'. Beliau lantas bersabda, 'Tadi pagi aku berpuasa'. Aisyah berkata, "Kemudian beliau makan." Hasan Shahih: Sumber sebelumnya

Abu Isa berkata, "Hadits ini hasan." Yahya bin Sa'id berkata, "Thalhah bin Sa'id bukan orang yang kuat dalam ilmu hadits."

Menyambung Sya'ban dengan Ramadhan

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Mahdi memberitahukan kepada kami dari Mahdi, dari Sufyan, dari Manshur, dari Salim bin Abu Al Ja'd, dari Abu Salamah, ia berkata, "Aku tidak melihat Nabi SAW berpuasa dua bulan berturut-turut, kecuali Sya'ban dan Ramadhan." Shahih: Ibnu Majah (1648)

Didalam bab ini terdapat hadits dari Aisyah. Abu Isa berkata, "Hadits Ummu Salamah adalah hadits hasan. " Hadits ini diriwayatkan pula dari Abu Salamah, dari Aisyah, ia berkata, "Aku tidak melihat Nabi SAW pada suatu bulan lebih banyak melaksanakan puasa melebihi bulan Sya'ban; beliau berpuasa pada bulan Sya'ban kecuali sedikit saja (yang tidak dilaksanakan), bahkan beliau berpuasa seluruh bulan Sya'ban. "

. Hannad menceritakan kepada kami, Abdah memberitahukan kepada kami dari Muhammad bin Amr, dari Abu Salamah, dari Aisyah, dari Nabi SAW dengan hadits seperti di atas.

Diriwayatkan dari Ibnu Al Mubarak, ia menceritakan hadits ini, "Dalam percakapan bangsa Arab, merupakan hal yang wajar apabila berkata, "Banyak berpuasa pada sesuatu bulan." dikatakan dengan: "Puasa seluruh bulan." Dikatakan, "Fulan bangun sepanjang malam", bisa jadi si Fulan mengantuk atau mengerjakan sesuatu pekerjaan lain. Seolah-olah Ibnu Mubarak berpendapat bahwa kedua hadits itu tidak bertentangan. Ibnu Mubarak berkata, "Pengertian hadits itu adalah: beliau SAW sering puasa pada bulan Sya'ban. " Salim Abu Nadhr dan lainnya meriwayatkan hadits ini dari Abu Salamah, dari Aisyah, sebagaimana riwayat Muhammad bin Amr.

Larangan Puasa Pada Pertengahan Bulan Sya'ban karena Menunggu Bulan Ramadhan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad memberitahukan kepada kami dari Al Ala" bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Apabila tersisa setengah bulan Sya'ban, maka janganlah berpuasa'." Shahih: Ibnu Majah (1651)

Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih yang tidak kami ketahui kecuali dari riwayat ini dan dengan lafazh seperti itu." Menurut sebagian ulama maksud hadits itu adalah: seseorang yang tidak biasa berpuasa, tetapi dalam sisa bulan Sya'ban yang tinggal sedikit dia berpuasa untuk menyambut bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW seperti hadits di atas, yaitu hadits yang menyebutkan sabda Nabi SAW yang artinya, "Janganlah kamu sekalian mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa, kecuali puasa itu bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang di antara kamu sekalian. "

Hadits ini menunjukkan tidak disukainya sengaja berpuasa dalam menyambut bulan Ramadhan.

Puasa Pada Bulan Muharram

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِي بِشْرٍ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

. Qutaibah menceritakan kepada kami bahwa Abu Awanah menceritakan kepada kami dari Abu Bisyr, dari Humaid bin Abdurrahman Al Himyari, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Muharram'. " Shahih: Ihnu Majah (1742) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan."

Puasa Pada Hari Jum'at

حَدَّثَنَا الْقَاسِمُ بْنُ دِينَارٍ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى وَطَلْقُ بْنُ غَنَّامٍ عَنْ شَيْبَانَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ مِنْ غُرَّةِ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَقَلَّمَا كَانَ يُفْطِرُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ

. Al Qasim bin Dinar menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin Musa dan Thalq bin Ghannam memberitahukan kepada kami dari Syaiban, dari Ashim, dari Zirr, dari Abdullah, ia berkata, "Rasulullah SAW selalu puasa tiga hari pada awal setiap bulan, dan jarang sekali Rasulullah SAW berbuka pada hari Jum'at." Hasan: Takhrij Al Misykah (2058), Ta'liq 'Ala Ibnu Khuzaimah (2149), dan Shahih Abu Daud (2116)

Ia berkata, "Dalam bab ini terdapat hadits dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah." Abu Isa berkata, "Hadits Abdullah adalah hadits hasan gharib. " Sekelompok ulama menyukai berpuasa pada hari jum'at. Yang dimakruhkan adalah berpuasa pada hari Jum'at tanpa berpuasa pada hari sebelum dan sesudahnya. Abu Isa mengatakan bahwa Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Ashim, tetapi dia tidak menisbatkannya kepada Nabi SAW.

Larangan Berpuasa Hanya pada Hari Jum'at

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَصُومُ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِلَّا أَنْ يَصُومَ قَبْلَهُ أَوْ يَصُومَ بَعْدَهُ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Janganlah seorang di antara kamu sekalian berpuasa pada hari Jum 'at, kecuali bila ia berpuasa (pada hari) sebelumnya atau sesudahnya. " Shahih: Shahih Abu Daud (1723) dan Muttafaq 'alaih.

Di dalam bab ini terdapat hadits dari Ali, Jabir, Junadah Al Azdi, Juwairiyah, Anas, dan Abdullah bin Amr. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih." Para ulama tidak suka mengkhususkan puasa pada hari Jum'at dan tidak berpuasa pada hari sebelum atau sesudahnya. Demikian pula pendapat Ahmad dan Ishaq.

Puasa Pada Hari Sabtu

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ حَبِيبٍ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُسْرٍ عَنْ أُخْتِهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَصُومُوا يَوْمَ السَّبْتِ إِلَّا فِيمَا افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلَّا لِحَاءَ عِنَبَةٍ أَوْ عُودَ شَجَرَةٍ فَلْيَمْضُغْهُ

. Humaid bin Mas'adah menceritakan kepada kami, Sufyan bin Hubaib menceritakan kepada kami dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma'dan, dari Abdullah bin Bisr, dari saudara perempuannya, bahwa Rasululiah SAW bersabda, "Janganlah kamu sekalian berpuasa pada hari Sabtu kecuali puasa yang diwajibkan atas kamu. Apabila salah seorang di antara kamu tidak menemukan (sesuatu) kecuali kulit anggur atau dahan kayu, maka hendaklah ia mengunyahnya." Shahih: Ibnu Majah (1726)

Abu Isa berkata, "Hadits ini hadits hasan." Maksud larangan (untuk berpuasa) dalam hadits ini adalah seseorang mengkhususkan hari Sabtu untuk berpuasa, karena orang Yahudi mengagungkan hari Sabtu untuk perayaan.

Keutamaan Puasa Pada Hari Arafah

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيِّ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

. Qutaibah dan Ahmad bin Abbdah Adh-Dhabbi memberitahukan kami bahwa Hammad bin Zaid memberitahukan kami dari Ghailan bin Jarir, dari Abdullah bin Ma'bad Az-Zammani, dari Abu Qatadah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Puasa pada hari Arafah; sungguh aku mohon kepada Allah agar pahalanya dapat menghapus dosa satu tahun sesudahnya dan satu tahun sebelumnya." Shahih: Ibnu Majah (1730) dan Shahih Muslim

Ia berkata, "Dalam hadits ini terdapat hadits Abu Sa'id." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Qatadah itu adalah hadits hasan." Para ulama menganggap bahwa berpuasa pada hari Arafah hukumnya sunah, kecuali di Arafah (jama'ah haji).

Larangan Puasa Pada Hari Arafah di Arafah

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْطَرَ بِعَرَفَةَ وَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ أُمُّ الْفَضْلِ بِلَبَنٍ فَشَرِبَ

. Ahmad bin Mani' menceritakan kami, Ismail bin Ulayyah memberitahukan kami, Ayub memberitahukan kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas: "Nabi SAW berbuka (tidak puasa) di Arafah. Ummul Fadhl mengirimkan susu kepada beliau, lalu beliau meminum(nya)." Shahih: Shahih Abu Daud (2109), Ta'liq 'Ala Ibnu Khuzaimah (2102), Muttafaq 'alaih (dari Ummu Fadhl)

Dalam bab ini terdapat hadits dari Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Ummu Al Fadhl. Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas itu adalah hadits hasan shahih." Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, "Aku mengerjakan haji bersama Nabi SAW, tetapi beliau tidak berpuasa pada hari Arafah, dan aku mengerjakan haji bersama Abu Bakar, dan dia juga tidak berpuasa pada hari Arafah. Demikian juga ketika bersama Umar dan Utsman." Kebanyakan ulama menyukai tidak puasa pada hari Arafah, agar seseorang lebih kuat untuk berdoa. Akan tetapi ada sebagian ulama berpuasa di Arafah pada hari Arafah.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ وَإِسْمَعِيلُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ عَنْ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ سُئِلَ ابْنُ عُمَرَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَةَ فَقَالَ حَجَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ أَبِي بَكْرٍ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُمَرَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَمَعَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَصُمْهُ وَأَنَا لَا أَصُومُهُ وَلَا آمُرُ بِهِ وَلَا أَنْهَى عَنْهُ

. Ahmad bin Mani' dan Ali Al Hujr menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Sufyan bin Uyainah dan Ismail bin Ibrahim memberitahukan kepada kami dari Ibnu Abu Najih, dari ayahnya, ia berkata, Ibnu Umar ditanya tentang puasa Arafah, kemudian ia berkata, "Aku mengerjakan haji bersama Rasulullah SAW, dan beliau tidak berpuasa pada hari itu, dan ketika bersama dengan Abu Bakar, diapun tidak berpuasa, lalu bersama dengan Urnar maka diapun tidak berpuasa, dan bersama dengan Utsman maka diapun tidak berpuasa. Sedangkan aku sendiri tidak berpuasa, dan aku tidak memerintahkan atau melarang untuk berpuasa pada hari itu (puasa Arafah di Arafah)'." Shahih Sanadnya

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Abu Najih dari ayahnya, dari seseorang, dari Ibnu Umar. Nama Abu Najih adalah Yasar.

Anjuran untuk Berpuasa Pada Hari Asyura'

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيُّ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

. Qutaibah dan Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbi menceritakan kepadaku, mereka berkata, "Hammad bin Zaid memberitahukan kami dari Ghailan bin Jarir, dari Abdullah bin Ma'bad Az-Zammani, dari Qatadah, bahwa Nabi SAW bersabda, "Puasa hari Asyura'- sesungguhnya aku mohon kepada Allah agar menghapus dosa satu tahun sebelumnya. " Shahih: Ibnu Majah (1738) dan Shahih Muslim

Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Ali, Muhammad bin Shaifi, Salamah bin Al Akwa', Hind bin Asma' Ibnu Abbas, Ar-Rubayyi' binti Mu'awwidz bin Afra', Abdurrahman bin Salamah Al Khuza'i, dari pamannya, dan Abdullah bin Zubair, dari Nabi SAW, bahwa beliau memberikan anjuran untuk berpuasa pada hari Asyura'. Abu Isa berkata, "Kami sama sekali tidak mengetahui riwayat yang menyebutkan, "Puasa Asyura' dapat menghapus dosa satu tahun." kecuali dalam hadits Abu Qatadah. Ahmad dan Ishaq mempunyai pendapat (seperti itu) berdasarkan hadits Abu Qatadah tersebut.

Keringanan untuk Meninggalkan Puasa Asyura'

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ عَاشُورَاءُ يَوْمًا تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ كَانَ رَمَضَانُ هُوَ الْفَرِيضَةُ وَتَرَكَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ

. Harun bin Ishaq Al Hamdani menceritakan kepada kami, Abdah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, "Asyura' dulunya adalah hari puasa orang-orang Quraisy pada zaman jahiliyah. Beliau SAW dulu juga berpuasa pada hari itu. Setelah beliau masuk Madinah, beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang untuk berpuasa pada hari itu. Ketika diwajibkan puasa bulan Ramadhan, maka puasa Ramadhan-lah yang menjadi kewajiban, sedangkan puasa Asyura" ditinggalkan. Oleh karena itu, siapa yang mau berpuasa maka ia boleh berpuasa dan siapa yang tidak mau berpuasa maka ia boleh meninggalkannya." Shahih: Shahih Abu Daud (2110) dan Muttafaq 'alaih

Dalam bab ini terdapat hadits dari Ibnu Mas'ud, Qais bin Sa'd, Jabir Samurah, Ibnu Umar, dan Mu'awiyah. Abu Isa berkata, "Menurut ulama, dalam hal ini yang harus diamalkan adalah hadits Aisyah." Itu adalah hadits shahih. Mereka tidak berpendapat bahwa puasa Asyura' hukumnya wajib, kecuali untuk orang yang ingin mengerjakannya pada hari itu, karena telah adanya keutamaan puasa pada hari itu.

Apakah Hari Asyura' Itu?

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ وَأَبُو كُرَيْبٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ حَاجِبِ بْنِ عُمَرَ عَنْ الْحَكَمِ بْنِ الْأَعْرَجِ قَالَ انْتَهَيْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ رِدَاءَهُ فِي زَمْزَمَ فَقُلْتُ أَخْبِرْنِي عَنْ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَيُّ يَوْمٍ هُوَ أَصُومُهُ قَالَ إِذَا رَأَيْتَ هِلَالَ الْمُحَرَّمِ فَاعْدُدْ ثُمَّ أَصْبِحْ مِنْ التَّاسِعِ صَائِمًا قَالَ فَقُلْتُ أَهَكَذَا كَانَ يَصُومُهُ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ

. Hannad dan Abu Kuraib menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Waki' memberitahukan kami dari Hajib bin Umar, dari Al Hakam bin Al A'raj, ia berkata, "Aku mendekat kepada Ibnu Abbas ketika beliau sedang memakai seiendang didekat (sumur) Zamzam, kemudian aku berkata, 'Beritahu aku tentang hari Asyura', hari dimana aku berpuasa?. Ibnu Abbas berkata, 'Apabila kamu melihat bulan Muharram maka hitunglah, lalu berpuasalah pada hari kesembilan'." la berkata, "Aku bertanya, 'Apakah Nabi Muhammad SAW berpuasa pada hari itu?' Ibnu Abbas menjawab, 'Ya'." Shahih: Shahih Abu Daud (2114) dan Shahih Muslim

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ عَنْ يُونُسَ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِصَوْمِ عَاشُورَاءَ يَوْمُ الْعَاشِرِ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Warits bin Yunus memberitahukan kepada kami dari Al Hasan, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Rasulullah SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari Asyura' hari kesepuluh." Shahih: Shahih Abu Daud (2113) dan Imam Muslim (lebih lengkap)

Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas itu adalah hadits hasan shahih. "

Para ulama berbeda pendapat tentang hari Asyura'; sebagian mengatakan tanggal sembilan dan sebagian lagi mengatakan tanggal sepuluh. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Berpuasalah kalian pada tanggal sembilan dan sepuluh, dan berbedalah dengan orang Yahudi. " Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq berpendapat berdasarkan hadits tersebut.

Puasa Sepuluh Hari

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَائِمًا فِي الْعَشْرِ قَطُّ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari Aisyah, ia berkata, "Aku sama sekali tidak pernah melihat Nabi SAW berpuasa pada sepuluh hari (bulan Dzulhijjah)."

Abu Isa berkata, "Demikianlah, bukan hanya satu orang yang meriwayatkan dari Al A'masy, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari Aisyah." Ats-Tsauri dan yang lain meriwayatkan hadits ini dari Manshur, dari Ibrahim. "Nabi SAW tidak pernah kelihatan berpuasa pada sepuluh hari. " Abu Ahwash meriwayatkan dari Manshur, dari Ibrahim, dari Aisyah, namun tidak menyebut dari Al Aswad. Mereka berbeda pendapat mengenai Manshur di dalam hadits ini. Riwayat Al A'masy lebih sanadnya shahih dan lebih maushul (tidak terputus). Aku mendengar Abu Bakar Muhammad bin Aban berkata, "Aku mendengar Waki' berkata, 'Al A'masy lebih akurat daripada Manshur dalam sanad Ibrahim'."

Amal (ibadah) Perbuatan Pada Hari-hari Sepuluh

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمٍ هُوَ الْبَطِينُ وَهُوَ ابْنُ أَبِي عِمْرَانَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, dari Muslim (yaitu Ibnu Abu Imran Al Bathin), dari Sa'id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Tidak ada hari-hari di mana amal shalih (yang dikerjakan) pada hari-hari itu lebih dicintai oleh Allah melebihi hari-hari yang sepuluh (Dzulhijjah)'. Para sahabat bertanya, 'Wahai Rasulullah, tidak juga berjihad di jalan Allah?' Rasulullah SAW berkata, 'Tidak pula berjihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya kemudian tidak kembali dengan sedikitpun darinya'." Shahih: Ibnu Majah (1727) dan Shahih Bukhari

Dalam bab ini terdapat hadits dari Ibnu Umar, Abu Hurairah, Abdullah bin Amr, dan Jubair. Abu Isa berkata, "Hadits Ibnu Abbas itu adalah hadits hasan gharib shahih."

Puasa Enam Hari Pada Bulan Syawal

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا سَعْدُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُمَرَ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ

. Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah memberitahukan kepada kami, Sa'ad bin Sa'id memberitahukan kepada kami dari Umar bin Tsabit, dari Abu Ayub, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan kemudian mengikutinya enam hari dari bulan Syawal, maka sama seperti berpuasa selama satu tahun'. " Hasan Shahih: Ibnu Majah (1716) dan Shahih Muslim

Dalam bab ini terdapat hadits dari Jabir, Abu Hurairah, dan Tsauban. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Ayyub itu adalah hadits hasan shahih." Sebagian orang yang senang mengerjakan puasa enam hari pada bulan Syawal berdasarkan hadits tersebut. Ibnu Al Mubarak mengatakan bahwa puasa enam hari pada bulan syawal itu baik, seperti halnya puasa tiga hari pada setiap bulan (tanggal 13,14,15-ed). Ibnu Al Mubarak berkata, "Diriwayatkan dalam sebagian hadits, Tuasa ini dihubungkan dengan bulan Ramadhan'. " Ibnu Al Mubarak memilih agar enam hari itu adalah permulaan bulan. Diriwayatkan dari Ibnu Al Mubarak, ia berkata, "Apabila seseorang mengerjakan puasa enam hari pada bulan syawal secara terpisah, maka hal itu diperbolehkan." Abu Isa berkata, "Abdul Aziz bin Muhammad meriwayatkan hadits ini dari Shafwan bin Sulaim dan Sa'ad bin Sa'id, dari Umar bin Tsabit, dari Abu Ayyub, dari Nabi SAW dengan hadits seperti di atas. Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Warqa' bin Umar, dari Sa'ad bin Sa'id. Sa'ad bin Sa'id adalah saudara Yahya bin Sa'id Al Anshari. Sebagian ahli hadits membicarakan tentang Sa'id dari segi hafalannya. Hannad menceritakan kepada kami bahwa Husain bin Ali Al Ju'fl mengabarkan kepada kami dari Israil kepada Abu Musa tentang Hasan Al Bashri, ia berkata, "Apabila disebutkan disisinya tentang puasa enam hari pada bulan Syawal, maka ia berkata, 'Demi Allah, Allah telah ridha terhadap bulan ini sebanding (puasa) satu tahun'."

Puasa Tiga Hari Pada Setiap Bulan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ أَبِي الرَّبِيعِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ عَهِدَ إِلَيَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةً أَنْ لَا أَنَامَ إِلَّا عَلَى وِتْرٍ وَصَوْمَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَأَنْ أُصَلِّيَ الضُّحَى

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Awanah memberitahukan kepada kami dari Simak bin Harb, dari Abu Rabi', dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW mengamanatkan kepadaku tiga hal, yaitu: tidak tidur kecuali setelah melaksanakan shalat Witir, puasa tiga hari pada setiap bulan, dan melaksanakan shalat Dhuha." Shahih: Irwa Al Ghalil (946), Shahih Abu Daud (1286), dan Muttafaq 'alaih

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ قَالَ أَنْبَأَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْأَعْمَشِ قَال سَمِعْتُ يَحْيَى بْنَ سَامٍ يُحَدِّثُ عَنْ مُوسَى بْنِ طَلْحَةَ قَال سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنْ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

. Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abu Daud memberitahukan kepada kami, Syu'bah memberitahukan kepada kami dari Al A'masy, ia berkata, "Aku mendengar Yahya bin Sam bercerita kepada Musa bin Thalhah, ia berkata, 'Aku mendengar Abu Dzar berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Wahai Abu Dzar, apabila kamu berpuasa tiga hari pada tiap bulan, maka puasalah tanggal 13, 14, dan 15'. " Hasan Shahih: Irwa' Al Ghalil (947) dan Al Misykah (2057)

Dalam bab ini terdapat hadits dari Abu Qatadah, Abdullah bin Amr, Qurrah bin Iyas Al Muzani, Abdullah bin Mas'ud, Abu Aqrab, Ibnu Abbas, Aisyah, Qatadah bin Milhan, Utsman bin Abu Al Ash, dan Jarir. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Dzar itu adalah hadits hasan. " Diriwayatkan dalam sebagian hadits, "Barangsiapa berpuasa tiga hari pada tiap bulan, maka ia seperti orangyang berpuasa sepanjang tahun. "

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فَذَلِكَ صِيَامُ الدَّهْرِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَصْدِيقَ ذَلِكَ فِي كِتَابِهِ { مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا }الْيَوْمُ بِعَشْرَةِ أَيَّامٍ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Mu'awiyah memberitahukan kepada kami dari Ashim Al Ahwal, dari Abu Utsman, dari Abu Dzar, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa berpuasa tiga hari pada tiap bulan, maka sama saja berpuasa sepanjang tahun, di mana Allah yang Maha Pemberi Berkah lagi Maha Tinggi membenarkan hal itu di dalam kitab-Nya, "Barangsiapa mengerjakan satu kebaikan maka ia mendapat sepuluh (pahala) sepertinya. Satu hari (dibalas) dengan sepuluh hari'. " Shahih: Irwa'Al Ghalil

Abu Isa berkata, "Ini adalah hadits hasan shahih." Abu Isa berkata, "Syu'bah meriwayatkan hadits ini dari Abu Syimr dan Abu At-Tayyah, dari Abu Utsman, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW. "

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو دَاوُدَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ يَزِيدَ الرِّشْكِ قَال سَمِعْتُ مُعَاذَةَ قَالَتْ قُلْتُ لِعَائِشَةَ أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَتْ نَعَمْ قُلْتُ مِنْ أَيِّهِ كَانَ يَصُومُ قَالَتْ كَانَ لَا يُبَالِي مِنْ أَيِّهِ صَامَ

. Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abu Daud memberitahukan kepada kami, Syu'bah memberitahukan kepada kami dari Yazid Ar-Risyki, ia berkata, "Aku mendengar Mu'adzah berkata, 'Aku bertanya kepada Aisyah, "Apakah Rasulullah SAW biasa mengerjakan puasa tiga hari pada tiap bulan?" Aisyah menjawab, "Ya." Aku bertanya, "Biasanya beliau berpuasa pada hari apa?" Aisyah menjawab, "Beliau tidak mempedulikan hari apa." Shahih: Ibnu Majah (1708) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih." Ia berkata, "Yazid Ar-Risyk adalah Yazid Adh-Dhuba'i. Dia adalah Yazid Al Qasim, yakni orang yang suka membagi-bagi." Ar-Risyk sama dengan Al Qassam (orang yang membagi-bagi) dalam bahasa orang Basrah."

Keutamaan Puasa

حَدَّثَنَا عِمْرَانُ بْنُ مُوسَى الْقَزَّازُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ زَيْدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَبَّكُمْ يَقُولُ كُلُّ حَسَنَةٍ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ وَالصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ الصَّوْمُ جُنَّةٌ مِنْ النَّارِ وَلَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ وَإِنْ جَهِلَ عَلَى أَحَدِكُمْ جَاهِلٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

. Imran bin Musa Al Qazzaz menceritakan kepada kami, Abdul Warits bin Sa'id menceritakan kepada kami, Ali bin Yazid menceritakan kepada kami dari Sa'id bin Al Musayyib, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Tuhan kalian berfirman, "Setiap kebaikan akan dilipatgandakan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat, dan puasa adalah untuk-Ku, Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah benteng dari api neraka. Bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi daripada minyak misk di sisi Allah ". Jika ada salah seorang dari kalian yang tidak tahu bahwa seseorang sedang melaksanakan puasa, maka katakanlah, "Aku sedang puasa. " Shahih: Ta'liq Ar-Raghib (2/57-58) dan Shahih Abu Daud (2046)

Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Mua'dz bin Jabal, Sahal bin Sa'ad, Ka'ab bin Ujrah, Salamah bin Qaishar, dan Basyir bin Al Khashashiyah. Nama Basyir adalah Zahm bin Ma'bad, sedangkan Al Khashashiyah adalah ibunya. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan gharib darijalur ini."

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ عَنْ هِشَامِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ لَبَابًا يُدْعَى الرَّيَّانَ يُدْعَى لَهُ الصَّائِمُونَ فَمَنْ كَانَ مِنْ الصَّائِمِينَ دَخَلَهُ وَمَنْ دَخَلَهُ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا

. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi menceritakan kepada kami dari Hisyam bin Sa'd, dari Abu Hazm, dari Sahal bin Sa'd, dari Nabi SAW, beliau berkata, "Di dalam surga ada suatu pintu yang disebut Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa bisa memasukinya, dan orang yang memasukinya tidak pernah merasa haus selama-lamanya. " Shahih: Ibnu Majah (1640) dan Muttafaq 'alaih (tanpa kata haus)

Abu Isa berkata, "Hadits itu hasan shahih."

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad memberitahukan kepada kami dari Sahal bin Abu Isa, ia berkata, "Shalih dari ayahnya, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Orang yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, yaitu kegembiraan tatkala berbuka dan kegembiraan tatkala bertemu dengan Tuhannya." Shahih: Ibnu Majah (1638) dan Shahih Muslim

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih. "

Puasa Sepanjang Tahun

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَأَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ قَالَا حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ غَيْلَانَ بْنِ جَرِيرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَعْبَدٍ عَنْ أَبِي قَتَادَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ بِمَنْ صَامَ الدَّهْرَ قَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ أَوْ لَمْ يَصُمْ وَلَمْ يُفْطِرْ

. Qutaibah dan Ahmad bin Abdah Adh-Dhabbi menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid memberitahukan kepada kami dari Ghailan bin Jarir, dari Abdullah bin Ma'bad, dari Abu Qatadah, ia berkata "Rasulullah SAW pernah ditanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana dengan orang yang berpuasa sepanjang tahun?' Beliau bersabda, 'Tidak ada puasa dan tidak ada berbuka (sepanjang tahun), atau ia tidak berpuasa dan tidak berbuka (sepanjang tahun)'. " Shahih: Irwa Al Ghalil (952) dan Shahih Muslim

Dalam bab ini terdapat hadits dari Abdullah bin Amr, Abdullah bin Asy-Syikhkhir, Imran bin Hushain dan Abu Musa. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Qatadah itu adalah hadits hasan. " Sebagian ulama tidak memperbolehkan berpuasa sepanjang tahun, dan sebagian lagi membolehkannya dengan berkata, "Yang dimaksud dengan puasa sepanjang tahun adalah: seseorang tidak berbuka (puasa) pada hari Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Tasyriq. Apabila ia berbuka pada hari-hari itu, maka hal itu tidak dilarang, dan ia tidak dikatakan puasa sepanjang tahun. " Hal itu yang diriwayatkan dari Malik bin Anas. Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga berpendapat seperti itu. Ahmad dan Ishaq berkata, "Seseorang tidak diwajibkan berbuka kecuali pada lima hari yang dilarang Rasulullah SAW, yaitu Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Tasyriq (3 hari). "

Puasa Berturut-turut

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ صِيَامِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ صَامَ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ قَدْ أَفْطَرَ قَالَتْ وَمَا صَامَ رَسُولُ اللَّهِ شَهْرًا كَامِلًا إِلَّا رَمَضَانَ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Hammad bin Zaid memberitahukan kepada kami dari Ayyub, dari Abdullah bin Syaqiq, ia berkata, "Aku bertanya kepada Aisyah tentang puasa Nabi SAW, lalu Aisyah menjawab, 'Beliau biasa berpuasa sampai kami menganggap bahwa beliau tidak berbuka, dan beliau biasa berbuka sampai kami menganggap bahwa beliau tidak berbuka. Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa satu bulan penuh kecuali bulan Ramadhan'." Shahih: Ibnu Majah (1710) dan Muttafaq 'alaih

Dalam bab ini terdapat hadits dari Anas dan Ibnu Abbas. Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah itu adalah hadits hasan shahih. "

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ يَصُومُ مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى نَرَى أَنَّهُ لَا يُرِيدُ أَنْ يُفْطِرَ مِنْهُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَرَى أَنَّهُ لَا يُرِيدُ أَنْ يَصُومَ مِنْهُ شَيْئًا وَكُنْتَ لَا تَشَاءُ أَنْ تَرَاهُ مِنْ اللَّيْلِ مُصَلِّيًا إِلَّا رَأَيْتَهُ مُصَلِّيًا وَلَا نَائِمًا إِلَّا رَأَيْتَهُ نَائِمًا

. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail bin Ja'far memberitahukan kepada kami dari Humaid, dari Anas bin Malik, Ia ditanya tentang puasa Nabi SAW, lalu ia menjawab, "Beliau biasa puasa pada suatu bulan sehingga kelihatannya beliau tidak berbuka satu haripun pada bulan itu. Beliau SAW biasa berbuka hingga kami melihatnya tidak berpuasa sedikitpun. Jadi jika kamu tidak ingin melihat beiiau sedang shalat pada suatu malam, maka kamu pasti akan melihat beliau senantiasa melaksanakan shalat, dan jika kamu tidak ingin melihat beliau tidur maka kamu akan melihat beliau senantiasa tidur." Shahih; Shahih Bukhari (1972) dan Shahih Muslim (3/162; ringkas dan tidak ada ada lafal shalat)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih. "

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ مِسْعَرٍ وَسُفْيَانَ عَنْ حَبِيبِ بْنِ أَبِي ثَابِتٍ عَنْ أَبِي الْعَبَّاسِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصَّوْمِ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا وَلَا يَفِرُّ إِذَا لَاقَى

. Hannad menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami dari Mis'ar dan Sufyan, dari Habib bin Abu Tsabit, dari Abu Al Abbas, dari Abdullah bin Amr, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa yang paling utama adalah puasa Nabi Daud. Ia puasa satu hari dan berbuka satu hari, dan ia tidak lari ketika bertemu (dengan musuh)'." Shahih: Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih." Abu Al Abbas adalah seorang penyair yang buta. Namanya adalah As-Saib bin Farrukh. Sebagian ulama berkata, "Puasa yang paling utama adalah puasa satu hari dan berbuka satu hari. " Puasa seperti itu adalah puasa yang paling berat

Larangan Puasa Pada Idul Fitri dan Idul Adha

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي الشَّوَارِبِ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ شَهِدْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ فِي يَوْمِ النَّحْرِ بَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَى عَنْ صَوْمِ هَذَيْنِ الْيَوْمَيْنِ أَمَّا يَوْمُ الْفِطْرِ فَفِطْرُكُمْ مِنْ صَوْمِكُمْ وَعِيدٌ لِلْمُسْلِمِينَ وَأَمَّا يَوْمُ الْأَضْحَى فَكُلُوا مِنْ لُحُومِ نُسُكِكُمْ

. Muhammad bin Abdul Malik bin Abu Asy-Syawarib menceritakan kepada kami, Ma'mar memberitahukan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Abu Ubaid (budak Abdurrahman bin Auf), ia berkata, "Pada hari Nahr (Idhul Adha) aku menyaksikan Umar bin Khaththab memulai shalat sebelum khutbah, kemudian dia berkata, 'Aku mendengar Rasulullah SAW melarang berpuasa pada hari ini. Idul Fitri adalah (saat) kamu sekalian berbuka dari puasamu dan hari raya bagi kaum muslim. Sedangkan (pada) Idhul Adha makanlah dari sebagian daging Kurbanmu." Shahih: Ibnu Majah (1722) dan Muttafaq 'Alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits shahih." Nama Abu Ubaid -Budak Abdurrahman bin Auf- adalah Sa'ad (dikenal sebagai pelayan Abdurrahman bin Azhar). Abdurrahman bin Azhar adalah putra dari paman Abdurrahman bin Auf.

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ يَحْيَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صِيَامَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdul Aziz bin Muhammad memberitahukan kepada kami dari Amr bin Yahya, dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata, "Rasulullah SAW melarang dua puasa, yaitu puasa pada hari Idul Fitri dan Idul Adha. " Shahih: Muttafaq 'alaih (1721)

Dalam bab ini terdapat hadits Umar, Ali, Aisyah, Abu Hurairah, Uqbah bin Amir, dan Anas. Abu Isa berkata, "Hadits Abu Sa'id itu adalah hadits hasan shahih. " Para ulama sepakat mengamalkan hadits ini. Abu Isa berkata, "Amr bin Yahya adalah Ibnu Umarah bin Abu Al Hasan Al Mazini Al Madini. Dia orang yang dapat dipercaya. Sufyan Ats-Tsauri, Syu'bah, dan Malik bin Anas meriwayatkan darinya "

Larangan Puasa Pada Hari Tasyriq

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ مُوسَى بْنِ عَلِيٍّ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

. Hannad menceritakan kepada kami Waki' memberitahukan kepada kami dari Musa bin Ali, dari ayahnya, dari Uqbah bin Amir, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Hari Arafah, hari raya Kurban, dan hari Tasyriq adalah hari untuk makan dan minum'. " Shahih: Shahih Abu Daud (2090) dan Irwa Al Ghalil (4/130)

Dalam bab ini terdapat hadits dari Ali, Sa'id, Abu Hurairah, Jabir, Nubaisyah, Bisyr bin Suhaim, Abdullah bin Hudzaifah, Anas, Hamzah bin Amr Al Aslami, Ka'ab bin Malik, Aisyah, Amr bin Al Ash, dan Abdullah bin Amr. Abu Isa berkata, "Hadits Uqbah bin Amir adalah hadits hasan shahih." Dalam mengamalkan hadits ini ulama melarang berpuasa pada hari Tasyriq. Ada sekelompok sahabat dan yang lain memberikan keringanan untuk orang-orang yang mengerjakan haji Tamattu' apabila ia mendapatkan hewan sebagai dam dan ia tidak berpuasa pada sepuluh hari pertama (bulan Dzulhijjah), maka ia boleh berpuasa pada hari Tasyriq. Demikianlah pendapat yang diikuti oleh Malik bin Anas, Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq. Abu Isa berkata, "Ulama Irak berkata, "Musa bin Ali bin Rabah." Sedangkan ulama Mesir berkata, "Musa bin Ali." Abu Isa berkata, "Aku mendengar Qutaibah berkata, 'Aku mendengar Al-Laits bin Sa'ad berkata, "Musa bin Ali berkata, 'Aku tidak pernah memperbolehkan seseorang men-tasghir-kan (mengecilkan) nama ayahku'. "

Larangan Berbekam untuk Orang yang Berpuasa

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى وَمُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ النَّيْسَابُورِيُّ وَمَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ وَيَحْيَى بْنُ مُوسَى قَالُوا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قَارِظٍ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ

. Muhammad bin Yahya, Muhammad bin Rafi' An-Naisaburi bin Ghailan, dan Yahya bin Musa menceritakan kepada kami, mereka berkata, "Abdurrazaq memberitahukan kepada kami dari Ma'mar, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Ibrahim bin Abdullah bin Qaridh, dari As-Sa'ib bin Yazid, dari Rafi' bin Khadij, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Orangyang membekam dan orangyang dibekampuasanya batal. " Shahih: Ibnu Majah (1679-1681)

Dalam bab ini terdapat hadits dari Sa'ad, Ali, Syaddad bin Aus, Tsauban, Usamah bin Zaid, Aisyah, dan Ma'qil bin Yasar. Ada yang mengatakan Ma'qil bin Sinan, Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Abu Musa, dan Bilal. Abu Isa berkata, "Hadits Rafi' bin Khadij adalah hadits hasan shahih." Diriwayatkan dari Ahmad bin Hambal, ia berkata, "Hadits yang paling shahih dalam masalah ini adalah hadits Rafi' bin Khadij. " Diriwayatkan dari Ali bin Abdullah, ia berkata, "Hadits yang paling shahih dalam masalah ini adalah hadits Tsauban dan Syaddad bin Aus, karena Yahya bin Abu Katsir meriwayatkan -dari Abu Qilabah- dua hadits secara bersamaan (yaitu hadits Tsauban dan Syaddad bin Aus). " Sebagian sahabat Nabi SAW dan yang lain- melarang orang yang sedang berpuasa untuk berbekam. Oleh karena itu, ada sebagian sahabat Nabi SAW berbekam pada waktu malam, antara lain Abu Musa Al Asy'ari dan Ibnu Umar. Pendapat ini diikuti oleh Ibnu Al Mubarak. Abu Isa berkata, "Aku mendengar Ishaq bin Manshur berkata, 'Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Barangsiapa berbekam sedangkan ia berpuasa, maka ia wajib meng-qadha-nya " Ishaq bin Manshur, Ahmad bin Hambal, dan Ishaq bin Ibrahim juga berpendapat seperti itu. Abu Isa berkata, "Al Hasan bin Muhammad Az-Za'farani memberitahuku, ia berkata, 'Asy-Syafi'i berkata, "Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa beliau SAW berbekam sedangkan beliau berpuasa. Diriwayatkan juga dari Nabi SAW, beliau bersabda 'Orang yang berbekam dan dibekam puasanya batal'. Aku tidak tahu mana di antara dua hadits tersebut yang tsabit (dapat dijadikan pedoman). Aku lebih senang berbekam ketika tidak sedang berpuasa. Namun jika ada yang berbekam ketika sedang berpuasa maka -aku berpendapat- ia tidak batal puasanya. " Abu Isa berkata, "Demikianlah pendapat Asy-Syafi'i di Baghdad. Tetapi ketika berada di Mesir beliau cenderung memberikan rukhshah (keringanan). Beliau mengambil dalil bahwa Nabi SAW berbekam saat melaksanakan haji Wada', dan beliau sedang berihram. "

Rukhshah (Dispensasi) untuk Berbekam

حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ هِلَالٍ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ عِكْرِمَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ احْتَجَمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ صَائِمٌ

. Bisyr bin Hilal Al Bashri menceritakan kepada kami, Abu Al Warits bin Sa'id memberitahukan kepada kami, Ayyub memberitahukan kepada kami dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Rasulullah SAW berbekam padahal beliau sedang berihram dan berpuasa." Shahih: Dengan lafaz, "...beliau SAW berbekam dalam keadaan berpuasa." Shahih Bukhari dan Ibnu Majah (1682)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits shahih." Wuhaib juga meriwayatkan seperti hadits riwayat Abu Al Warits. Ismail bin Ibrahim juga meriwayatkan dari Ayyub, dari Ikrimah secara mursal. Tetapi di dalam hadits itu ia tidak menyebutkan dari Ibnu Abbas

حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيُّ عَنْ حَبِيبِ بْنِ الشَّهِيدِ عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَهُوَ صَائِمٌ

. Abu Musa Muhammad bin Al Mutsanna menceritakan kepada kami, Muhammad bin Abdullah Al Anshari memberitahukan kepada kami dari Habib Asy-Syahid, dari Maimun bin Mirhan, dari Ibnu Abbas, ia berkata, "Nabi SAW berbekam padahal beliau sedang berpuasa." Shahih: Sumber yang sama dengan hadits sebelumnya

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan gharib dari sanad (jalur) ini."

Larangan Melakukan Wishal bagi Orang yang Berpuasa

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ وَخَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ عَنْ سَعِيدٍ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُوَاصِلُوا قَالُوا فَإِنَّكَ تُوَاصِلُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنِّي لَسْتُ كَأَحَدِكُمْ إِنَّ رَبِّي يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِي

. Nashr bin Ali menceritakan kepada kami, Bisyr bin Al Mufadhal dan Khalid bin Al Harits memberitahukan kepada kami dari Sa'id, dari Qatadah, dari Anas, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kamu melakukan wishal (menyambung puasa tanpa berbuka)'. Para sahabat berkata, 'Engkau melakukan wishal wahai Rasulullah SAW'. Beliau bersabda, 'Aku tidak seperti salah seorang di antara kalian, (karena) Tuhanku memberiku makan dan minum'. " Shahih: Shahih Bukhari

Masalah yang sama juga diriwayatkan dari Ali, Abu Hurairah, Aisyah, Ibnu Umar, dan Jabir. Abu Isa berkata, "Sa'id dan Basyir bin Al Khashashiyyah." Abu Isa berkata, "Hadits Anas tersebut adalah hadits hasan shahih." Dalam mengamalkan hadits ini sebagian ulama melarang melakukan wishal dalam berpuasa. Diriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair, bahwa ia sering melakukan wishal beberapa hari dan tidak berbuka.

Orang Junub yang Masuk Waktu Fajar Sedangkan Ia Ingin Berpuasa

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الْحَارِثِ بْنِ هِشَامٍ قَالَ أَخْبَرَتْنِي عَائِشَةُ وَأُمُّ سَلَمَةَ زَوْجَا النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُدْرِكُهُ الْفَجْرُ وَهُوَ جُنُبٌ مِنْ أَهْلِهِ ثُمَّ يَغْتَسِلُ فَيَصُومُ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Al-Laits memberitahukan kepada kami dari Ibnu Syihab, dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits bin Hisyam, ia berkata, "Aisyah dan Ummu Salamah (istri Nabi SAW) berkata (kepadaku), "Ketika memasuki waktu Fajar Nabi SAW dalam keadaan junub karena (bergaul dengan) istrinya, maka beliau mandi lalu berpuasa. " Shahih: Ibnu Majah (1703)

Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah dan Ummu Salamah adalah hadits hasan shahih." Pengamalan terhadap kandungan hadits tersebut disepakati oleh mayoritas ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain. Sufyan, Asy-Syafi'i, Ahmad, dan Ishaq juga berpendapat seperti itu. Ada sekelompok ulama dari kalangan tabi'in yang berkata, "Apabila seseorang dalam keadaan junub dipagi hari (pada waktu subuh), maka ia meng-qadha' hari itu." Pendapat pertama lebih shahih.

Orang yang Sedang Berpuasa Memenuhi Undangan

حَدَّثَنَا أَزْهَرُ بْنُ مَرْوَانَ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَوَاءٍ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ إِلَى طَعَامٍ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ يَعْنِي الدُّعَاءَ

. Azhar bin Marwan Al Bashri menceritakan kepada kami, Muhammad bin Sawa" menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Arubah menceritakan kepada kami dari Ayyub, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau SAW bersabda, "Apabila salah seorang di antara kamu diundang jamuan makan, maka penuhilah undangan itu. Jika ia sedang berpuasa maka hendaklah ia berdoa." Shahih: Ibnu Majah (1750) dan Shahih Muslim

حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ صَائِمٌ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

. Nashr bin Ali menceritakan kepada kami, Sufyan bin Uyainah memberitahukan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau berkata, "Apabila salah seorang di antara kamu diundang jamuan makan (padahal ia sedang berpuasa), maka ucapkanlah, 'Aku sedang berpuasa'. " Shahih: Sumber yang sama dengan sebelumnya

Abu Isa berkata, "Kedua hadits dalam masalah ini yang diriwayatkan dari Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih. "

Seorang Istri Dilarang Berpuasa (sunah), Kecuali Mendapat Izin Suaminya

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ وَنَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ يَوْمًا مِنْ غَيْرِ شَهْرِ رَمَضَانَ إِلَّا بِإِذْنِهِ

. Qutaibah dari Nashr bin Ali menceritakan kepada kami, keduanya berkata, "Sufyan bin Uyainah memberitahukan kepada kami dari Abu Az-Zinad, dari Al A'raj, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, 'Seorang istri tidak boleh berpuasa satu haripun selain bulan Ramadhan dan suaminya berada di sampingnya, kecuali dengan izinnya'. " Shahih: Ihnu Majah (1781) dan Muttafaq 'alaih (tidak menyebutkan bulan puasa)

Ia berkata, "Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan Abu Sa'id." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah ini adalah hadits hasan shahih" Hadits ini diriwayatkan pula oleh Abu Az-Zinad, dari Musa bin Abu Utsman dari ayahnya, dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW.

Mengakhirkan Qadha' Puasa Bulan Ramadhan

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ إِسْمَعِيلَ السُّدِّيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ الْبَهِيِّ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا كُنْتُ أَقْضِي مَا يَكُونُ عَلَيَّ مِنْ رَمَضَانَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abu Awanah memberitahukan kepada kami dari Ismail As-Suddi, dari Abdullah Al Bahi, dari Aisyah, ia berkata, "Aku tidak pernah mengqadha" puasa Ramadhan yang harus aku lakukan kecuali pada bulan Sya'ban (hal itu aku lakukan) sampai Rasulullah SAW wafat." Shahih: Irwa' Al Ghalil (944), Raudh An-Nadhir (763), Shahih Abu Daud (2076), Tamam Al Minnah, dsmMuttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih." Hadits itu diriwayatkan pula oleh Yahya dan Sa'id Al Anshari, dari Abu Salamah, dari Aisyah, seperti di atas.

Orang yang Haid Wajib Mengqadha' Puasa, Tetapi Tidak Wajib Mengqadha' Shalat

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كُنَّا نَحِيضُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ نَطْهُرُ فَيَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصِّيَامِ وَلَا يَأْمُرُنَا بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ

. Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ali bin Mushir memberitahukan kepada kami dari Ubadah, dari Ibrahim, dari Al Aswad, dari Aisyah, ia berkata, "Kami pernah haid pada masa Rasuiullah. Setelah kami suci (selesai haid), beliau menyuruh kami untuk mengqadha' puasa tetapi tidak menyuruh kami untuk mengqadha' shalat." Shahih: Ibnu Majah (631), Muttafaq 'alaih, dan Shahih Bukhari (tidak ada lafazh shalat).

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan." Hadits ini diriwayatkan pula oleh Mu'adzah dari Aisyah. Ulama sepakat mengamalkan hadits ini. Kami tidak melihat adanya perbedaan pendapat di antara mereka tentang orang yang haid wajib mengqadha puasa tetapi tidak wajib mengqadha shalat Abu Isa berkata, "Ubaidah adalah Ibnu Mu'attib Adh-Dhabbi Al Kufi, dan dijuluki Abu Abdul Karim. "

Larangan Bagi Orang yang Berpuasa Untuk Memasukan Air ke Hidung (Istinsyaq) Secara Berlebihan

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ بْنُ عَبْدِ الْحَكَمِ الْبَغْدَادِيُّ الْوَرَّاقُ وَأَبُو عَمَّارٍ الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ حَدَّثَنِي إِسْمَعِيلُ بْنُ كَثِيرٍ قَال سَمِعْتُ عَاصِمَ بْنَ لَقِيطِ بْنِ صَبِرَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي عَنْ الْوُضُوءِ قَالَ أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا

. Abdul Wahhab bin Abdul Hakam Al-Baghdadi Al Warraq dan Abu Ammar Al-Husain bin Huraits menceritakan kepada kami, mereka berkata, 'Yahya bin Sulaim berkata, lsmail bin Katsir berkata, "Aku mendengar Ashim bin Laqith bin Shabirah dari ayahnya, ayahnya berkata, 'Aku bertanya, "Wahai Rasulullah SAW, beritahu aku tentang wudhu". Beliau bersabda, "Sempurnakanlah wudhu; dan sela-sela jari-jari dan bersungguh-sungguhlah memasukkan air ke dalam hidung, kecuali kamu sedang berpuasa." Shahih: Ibnu Majah (407)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih." Para ulama melarang orang yang berpuasa untuk memasukan obat ke dalam hidung, karena dapat membatalkan puasa. Hadits itu mengandung pengertian yang menguatkan pendapat mereka.

Itikaf

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَعُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ

. Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami, Abdurrazaq menceritakan kepada kami, Ma'mar menceritakan kepada kami dari Zuhri, dari Sa'id bin Musayyib, dari Abu Hurairah dan Urwah, dari Aisyah, ia berkata, "Nabi SAW melaksanakan i'tikaf pada sepuluh terakhir dibulan Ramadhan hingga beliau SAW wafat." Shahih: Irwa Al Ghalil (966), Shahih Abu Daud (2125), dan Muttafaq 'alaih

Ia berkata, "Pada bab ini ada riwayat dari Ubay bin Ka'b, Abu Laila, Abu Sa'id, Anas, dan Ibnu Umar." Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah dan Aisyah ini adalah hadits hasan shahih."

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ عَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الْفَجْرَ ثُمَّ دَخَلَ فِي مُعْتَكَفِهِ

. Hannad menceritakan kepada kami, Abu Muawiyah memberitahukan kepada kami dari Yahya bin Sa'id, dari Amrah, dari Aisyah, ia berkata, "Apabila Rasulullah SAW hendak beri'tikaf maka beliau mengerjakan shalat Subuh, lalu masuk ke tempat i'tikafhya." Shahih: Ibnu Majah (1771) dan Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini diriwayatkan pula dari Yahya bin Sa'id, dari Amrah, dari Nabi SAW, secara mursal." Malik dan yang lain meriwayatkan dari Yahya bin Sa'id secara mursal. Al Auza'i juga meriwayatkan dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Yahya bin Amrah, dari Aisyah. Dalam mengamalkan hadits ini sebagaimana ulama berpendapat, "Apabila seseorang hendak beri'tikaf, maka hendaklah mengerjakan shalat Subuh, kemudian masuk ke tempat i'tikafhya. " Demikianlah pendapat Ahmad bin Hambal dan Ishaq bin Ibrahim. Sebagian ulama, "Apabila seseorang ingin beri'tikaf esok hari, maka hendaknya ia memulainya sejak malam; yakni ia sudah duduk di tempat i'tikafhya " Demikianlah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan Malik bin Anas.

Lailatul Qadar (malam qadar)

حَدَّثَنَا هَارُونُ بْنُ إِسْحَقَ الْهَمْدَانِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ وَيَقُولُ تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

. Harun bin Ishaq Al Hamdani menceritakan pada kami, Abdah bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah SAW biasa beri'tikaf pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan. Beliau bersabda, 'Bersungguh-sungguhlah kamu (untuk mendapatkan) lailatul qadar pada sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan." Shahih: Muttafaq 'alaih

Masalah yang sama diriwayatkan pula dari Umar, Ubay bin Ka'ab, Jabir bin Samurah, Jabir bin Samurah, Jabir bin Abdullah, Ibnu Umar, Al Falatan bin Ashim, Anas, Abu Said, Abdullah bin Unais, Abu Bakrah, Ibnu Abbas, Bilal dan Ubadah, dan Ash-Shamit. Abu Isa berkata, "Hadits Aisyah itu adalah hadits hasan shahih." Kata yujawir artinya beri'tikaf. Kebanyakan riwayat dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir pada setiap malam yang ganjiil'. Diriwayatkan dari Nabi SAW (tentang lailatul qadar), beliau bersabda, "Lailatul qadar ada pada malam 21, 24, 25, 27, 29, dan malam terakhir bulan Ramadhan." Abu Isa berkata, "Asy-Syafi'i berkata, Itu hanya pendapatku. Allah lebih tahu. Nabi SAW menjawab suatu pertanyaan sewaktu ditanya tentang lailatul qadar. Dikatakan kepada beliau bahwa kami mencarinya pada malam itu, kemudian beliau bersabda, 'Carilah lailatul qadar pada malam seperti ini'. "

Asy-Syafi'i berkata, "Riwayat yang paling kuat menurut pendapatku yaitu: lailatul qadar berada pada malam tanggal 21." Abu Isa berkata, "Diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab, ia bersumpah bahwa lailatul qadar ada pada malam 27. Ia berkata, 'Rasulullah SAW memberitahukan tanda-tanda malam Qadar kepada kami, kemudian kami menyebut bilangannya dan menghafalnya'." Diriwayatkan dari Abu Qilabah, ia berkata, "Lailatul qadar berkisar pada sepuluh hari terakhir." Abdu bin Humaid memberitahukan hal itu kepada kami, Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami dari Ma'mar, dari Ayyub, dari Abu Qilabah dengan maksud seperti itu.

حَدَّثَنَا وَاصِلُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ زِرٍّ قَالَ قُلْتُ لِأُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّى عَلِمْتَ أَبَا الْمُنْذِرِ أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ قَالَ بَلَى أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا لَيْلَةٌ صَبِيحَتُهَا تَطْلُعُ الشَّمْسُ لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ فَعَدَدْنَا وَحَفِظْنَا وَاللَّهِ لَقَدْ عَلِمَ ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَلَكِنْ كَرِهَ أَنْ يُخْبِرَكُمْ فَتَتَّكِلُوا

. Washil bin Abdul A'la Al Kufi menceritakan kepada kami dari Ashim bin Zirr, ia berkata, "Aku berkata kepada Ubay bin Ka'ab, 'Wahai Abu Mundzir, aku tahu bahwa lailatul qadar ada pada malam 27'. Ia berkata, 'Benar. Rasulullah SAW memberitahu kami bahwa lailatul qadar adalah suatu malam yang pada keesokan harinya matahari terbit tanpa ada sinarnya. Kemudian kami menyebut-nyebut dan menghafalnya. Demi Allah, Ibnu Mas'ud tahu bahwa lailatul qadar ada dibulan Ramadhan pada malam 27. Namun ia enggan memberitahu kamu sekalian, karena khawatir kamu akan tergantung (pada malam itu saja)'." Shahih: Shahih Abu Daud (1247) dan Shahih Muslim (semisalnya)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih. "

حَدَّثَنَا حُمَيْدُ بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا عُيَيْنَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ ذُكِرَتْ لَيْلَةُ الْقَدْرِ عِنْدَ أَبِي بَكْرَةَ فَقَالَ مَا أَنَا مُلْتَمِسُهَا لِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فَإِنِّي سَمِعْتُهُ يَقُولُ الْتَمِسُوهَا فِي تِسْعٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِي سَبْعٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِي خَمْسٍ يَبْقَيْنَ أَوْ فِي ثَلَاثِ أَوَاخِرِ لَيْلَةٍ

. Humaid bin Mas'adah menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai' memberitahukan kepada kami, Uyyainah bin Abdurrahman memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Ayahku berkata (kepadaku), 'Masalah lailatul qadar disebut-sebut di hadapan Abu Bakrah, kemudian ia berkata, "Aku tidak mencarinya karena sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah SAW, kecuali pada sepuluh terakhir, karena aku mendengar beliau bersabda, 'Carilah lailatul qadarpada sembilan malam yang masih tersisa, atau tujuh malam yang masih tersisa, atau lima malam yang masih tersisa, atau tiga malam, atau malam terakhir'. " Shahih: Al Misykah (2092)

Ia berkata, "Abu Bakrah mengerjakan shalat pada 20 hari bulan Rarnadhan seperti shalat pada saat-saat yang iain disepanjang tahun. Apabila telah masuk sepuluh (terakhir) maka ia bersungguh-sungguh. " Abu Isa berkata, "Hadits ini adaiah hadits hasan shahih. "

Bagian Bab Sebelumnya

حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ هُبَيْرَةَ بْنِ يَرِيمَ عَنْ عَلِيٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُوقِظُ أَهْلَهُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

. Mahmud Ghailan menceritakan kepada kami, Waki' memberitahukan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Hubairah bin Karim, dari Ali, ia berkata, "Nabi SAW biasa membangunkan keluarganya pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan (untuk beribadah)." Shahih: IbnuMajah (1768) dan Muttafaq 'alaih (dari Aisyah)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih."

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ الْأَسْوَدِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهَا

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdurrahman bin Ziyad memberitahukan kepada kami dari Al Hasan bin Ubaidillah, dari Ibrahim, dari AI Aswad, dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah SAW biasa bersungguh sungguh melakukan ibadah pada sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) yang tidak beliau lakukan pada saat (malam) yang lain." Shahih: Ibnu Majah (1767)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits gharib hasan shahih."

Puasa Dimusim Dingin

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ نُمَيْرِ بْنِ عُرَيْبٍ عَنْ عَامِرِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْغَنِيمَةُ الْبَارِدَةُ الصَّوْمُ فِي الشِّتَاءِ

. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Yahya bin Sa'id memberitahukan kepada kami, Sufyan memberitahukan kepada kami dari Abu Ishaq, dari Numair bin Uraib, dari Amir bin Mas'ud, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Harta rampasan yang sejuk adalah puasa pada musim dingin. " Shahih: Silsilah Ahadits Shahihah (1922) dan Raudh (69)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits mursal. Amir bin Mas'ud tidak pernah berjumpa dengan Nabi SAW. Dia adalah ayah Ibrahim bin Amr Al Qurasy. Syu'bah dan Ats-Tsauri meriwayatkan darinya. "

Orang-orang yang Merasa Berat Mengerjakan Puasa

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرُ بْنُ مُضَرَ عَنْ عَمْرِو بْنِ الْحَارِثِ عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْأَشَجِّ عَنْ يَزِيدَ مَوْلَى سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ } كَانَ مَنْ أَرَادَ مِنَّا أَنْ يُفْطِرَ وَيَفْتَدِيَ حَتَّى نَزَلَتْ الْآيَةُ الَّتِي بَعْدَهَا فَنَسَخَتْهَا

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Bakr bin Mudhar memberitahukan kepada kami dari Amr bin Al Harits, dari Bukair, dari Yazid (Budak Salamah bin Al Akwa'), dari Salamah bin Al Akwa', ia berkata, "Ketika turun ayat {Dan wajib bagi orang orang yang berat menjalankannya -jika mereka tidak berpuasa- membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin) ada orang yang ingin berbuka dan menebusnya, lalu turunlah sesudahnya ayat yang me-nasakh (menghapus) ayat tersebut." Shahih: Irwa Al Ghalil (4/22) dan Muttafaq 'alaih

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib." Yazid adalah Ibnu Abu Ubaid (pelayan Salamah bin Al Akwa').

Orang yang Sudah Makan Kemudian Hendak Bepergian

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ أَنَّهُ قَالَ أَتَيْتُ أَنَسَ بْنِ مَالِكٍ فِي رَمَضَانَ وَهُوَ يُرِيدُ سَفَرًا وَقَدْ رُحِلَتْ لَهُ رَاحِلَتُهُ وَلَبِسَ ثِيَابَ السَّفَرِ فَدَعَا بِطَعَامٍ فَأَكَلَ فَقُلْتُ لَهُ سُنَّةٌ قَالَ سُنَّةٌ ثُمَّ رَكِبَ

. Qutaibah menceritakan kepada kami, Abdullah bin Ja'far memberitahukan kepada kami dari Yazid bin Aslam, dari Muhammad bin Al Munkadir, dari Muhammad bin Ka'ab, ia berkata, "Aku mendatangi Anas bin Malik pada bulan Ramadhan, tetapi ia hendak bepergian; kendaraan telah disiapkan untuknya dan ia telah mengenakan pakaian (untuk) bepergian. Kemudian dihidangkan makanan kepadanya, lalu iapun makan. Kemudian aku bertanya kepadanya, 'Apakah ini Sunnah?' Ia menjawab, 'Ya, ini Sunnah'. Kemudian ia naik kendaraan." Shahih: Shahih (hadits berbuka untuk orang yang berpuasa sebelum bepergian setelah Fajar (hal. 13-28)

. Muhammad bin Ismail menceritakan kepada kami, Sa'id bin Abu Maryam memberitahukan kepada kami, Muhammad bin Ja'far memberitahukan kepada kami, ia berkata, "Muhammad bin Al Munkadir bercerita kepadaku dari Muhammad bin Ka'b, ia berkata, 'Aku mendatangi Anas bin Malik pada bulan Ramadhan, kemudian ia menyebutkan hadits di atas'."

Abu Isa berkata, "Hadits itu adalah hadits hasan." Muhammad bin Ja'far adalah Ibnu Abu Katsir; berasal dari Madinah dan dapat dipercaya. Dia adalah saudara Ismail bin Ja'far. Abdullah bin Ja'far adalah Ibnu Najih (ayah Ali bin Abdullah Al Madini). Akan tetapi Yahya bin Ma'in men-dhaif-kannya. Sebagian ulama berpendapat dengan hadits itu dan berkata, "Orang yang bepergian boleh makan di rumahnya sebelum ia keluar, namun ia tidak boleh mengqashar shalat sebelum melewati batas kota atau desa. " Itulah pendapat Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali.

Kapan Terjadinya Idul Fitri dan Idul Adha?

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ الْيَمَانِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفِطْرُ يَوْمَ يُفْطِرُ النَّاسُ وَالْأَضْحَى يَوْمَ يُضَحِّي النَّاسُ

. Yahya bin Musa menceritakan kepada kami, Yahya bin AI Yaman memberitahukan kepada kami dari Ma'mar, dari Muhammad bin Al Munkadir, dari Aisyah, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka puasa, dan Idul Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih hewan Kurban'. " Shahih: Ibnu Majah (1660)

Abu Isa berkata, "Aku bertanya kepada Muhammad, 'Benarkah Muhammad bin Al Munkadir mendengar dari Aisyah?' Ia menjawab, 'Ya, di dalam haditsnya dia berkata, "Aku mendengar Aisyah. " Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih dari riwayat ini."

I'tikaf

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ قَالَ أَنْبَأَنَا حُمَيْدٌ الطَّوِيلُ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَلَمْ يَعْتَكِفْ عَامًا فَلَمَّا كَانَ فِي الْعَامِ الْمُقْبِلِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ

. Muhammad bin Basysyar menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Adi memberitahukan kepada kami, Humaid Ath-Thawil memberitahukan kepada kami dari Anas bin Malik, ia berkata, "Nabi SAW biasa beri'tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan, dan beliau tidak i'tikaf satu tahun. Ketika tahun berikutnya, beliau beri'tikaf dua puluh hari." Shahih: Shahih Abu Daud (2126)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan gharib shahih dari hadits Anas bin Malik." Para ulama berbeda pendapat tentang orang yang beri'tikaf lalu memutuskan i'tikafhya sebelum ia menyempurnakan apa yang ia niatkan. Sebagian ulama berpendapat bahwa bila seseorang membatalkan i'tikafnya, maka ia wajib mengqadha. Landasan mereka adalah hadits, "Nabi Muhammad keluar dari i'tikaf kemudian beliau beri'tikaf sepuluh hari pada bulan Syawal." Malik berpendapat seperti itu. Ulama lain berpendapat, bila tidak mempunyai nadzar atau sesuatu yang mewajibkan dirinya untuk beri'tikaf dan ia hanya melakukan i'tikaf sunah kemudian ia keluar, maka ia tidak wajib mengqadhanya (kecuali bila ingin melakukannya secara suka rela). Asy-Syafi'i berpendapat seperti itu. Asy-Syafi'i berkata, "Setiap amal perbuatan tergantung perbuatan kamu sendiri; apabila kamu mengerjakan amal itu kemudian memutuskan amal itu, maka kamu tidak wajib mengqadhanya (kecuali haji dan umrah). " Pada bab ini ada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.

Keluar dari I'tikaf karena Ada Keperluan

حَدَّثَنَا أَبُو مُصْعَبٍ الْمَدَنِيُّ قِرَاءَةً عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ وَعَمْرَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَت ْكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اعْتَكَفَ أَدْنَى إِلَيَّ رَأْسَهُ فَأُرَجِّلُهُ وَكَانَ لَا يَدْخُلُ الْبَيْتَ إِلَّا لِحَاجَةِ الْإِنْسَانِ

. Abu Mush'ab Al Madani menceritakan suatu bacaan kepada kami dari Malik bin Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Urwah dan Amrah, dari Aisyah, ia berkata, "Apabila Rasulullah SAW sedang i'tikaf, maka beliau mendekatkan kepalanya kepadaku kemudian aku sisir rambut beliau. Beliau tidak masuk rumah kecuali untuk buang hajat." Shahih: Ibnu Majah (633 dan 1778)

Abu Isa berkata, "Hadits ini adalah hadits hasan shahih. " Hadits ini diriwayatkan juga oleh yang lain dari Malik bin Anas, dari Ibnu Syihab, dari Urwah, dari Amrah, dari Aisyah. Yang benar adalah dari Urwah, dari Amrah, dan dari Aisyah.

. Qutaibah menceritakan kepada kami hadits seperti di atas, Al-Laits bin Sa'ad menceritakan kepada kamu dari Ibnu Syihab, dari Urwah dan Amrah, dari Aisyah. Shahih: Lihat sebelumnya

Dalam mengamalkan kandungan hadits ini, ulama berpendapat, "Apabila seseorang beri'tikaf, hendaknya tidak keluar dari i'tikafnya, kecuali untuk buang hajat." Mereka sepakat bahwa ia boleh keluar untuk buang air kecil atau besar. Para ulama berbeda pendapat dalam masalah menjenguk orang sakit, menghadiri shalat Jum'at dan jenazah bagi orang yang beri'tikaf. Sebagian ulama -dari kalangan sahabat Nabi SAW dan yang lain-membolehkan menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, serta menghadiri shalat Jum'at bila ia memang harus melakukannya. Sufyan Ats-Tsauri dan Ibnu Al Mubarak berpendapat seperti itu. Sedangkan sebagian ulama lain tidak membolehkan melakukan semua itu. Menurut mereka apabila orang yang beri'tikaf berada di suatu kota, maka ia hendaknya hanya beri'tikaf di dalam masjid Jami' karena orang yang beri'tikaf tidak boleh meninggalkan tempat i'tikafnya menuju ke tempat shalat Jum'at. Mereka juga berpendapat bahwa orang yang beri'tikaf tidak boleh meninggalkan shalat Jum'at. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa seseorang hanya boleh beri'tikaf di dalam masjid Jami' agar ia tidak perlu keluar (meninggalkan) tempat i'tikafnya selain untuk buang hajat (buang air kecil atau besar), karena keluarnya orang yang beri'tikaf -bukan untuk memenuhi keperluan manusia- membatalkan i'tikafnya. Malik dan Asy-Syafi'i berpendapat seperti itu. Ahmad berkata, "Ia tidak boleh menjenguk orang sakit dan mengiringi jenazah." Hal tersebut berdasarkan hadits Aisyah. Ishaq berkata, "Apabila ia harus melakukan hal itu, rnaka ia boleh mengiringi jenazah dan menjenguk orang sakit"

Ibadah Pada Bulan Ramadhan

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْفُضَيْلِ عَنْ دَاوُدَ بْنِ أَبِي هِنْدٍ عَنْ الْوَلِيدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْجُرَشِيِّ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ سَبْعٌ مِنْ الشَّهْرِ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا فِي السَّادِسَةِ وَقَامَ بِنَا فِي الْخَامِسَةِ حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْنَا لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ فَقَالَ إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ثُمَّ لَمْ يُصَلِّ بِنَا حَتَّى بَقِيَ ثَلَاثٌ مِنْ الشَّهْرِ وَصَلَّى بِنَا فِي الثَّالِثَةِ وَدَعَا أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ فَقَامَ بِنَا حَتَّى تَخَوَّفْنَا الْفَلَاحَ قُلْتُ لَهُ وَمَا الْفَلَاحُ قَالَ السُّحُورُ

. Hannad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Al Fudhail memberitahukan kepada kami dari Daud bin Abu Hind, dari Al Walid bin Abdurrahman Al Jurasy, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar, ia berkata, "Kami puasa bersama Rasulullah SAW, dan beliau tidak shalat bersama kami hingga tinggal sisa tujuh hari dari bulan Ramadhan. Kemudian beliau beribadah bersama kami sampai menghabiskan sepertiga malam. Beliau tidak beribadah bersama kami pada malam keenam, dan malam kelima beliau beribadah bersama kami sampai larut malam. Kami lalu bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana bila engkau habiskan sisa malam ini untuk mengerjakan ibadah sunah bersama kami?' Beliau bersabda, "Barangsiapa beribadah bersama imam hingga imam itu pergi, maka dicatat baginya ibadah satu malam penuh'. Kemudian beliau tidak shalat bersama kami hingga tinggal sisa tiga malam dari bulan Ramadhan. Pada malam ketiga beliau shalat bersama kami dan mengajak keluarga serta istri-istri beliau. Beliau beribadah bersama kami sampai kami khawatir tiba saat kebahagiaan." Aku bertanya kepadanya, "Apakah saat kebahagiaan itu? Ia menjawab, "Sahur." Shahih: Ibnu Majah (1327)

Abu Isa berkata, "Hadits itu adalah hadits hasan shahih." Para ulama berbeda pendapat dalam masalah shalat malam bulan Ramadhan. Sebagian ulama berpendapat bahwa shalat di bulan Ramadhan jumlahnya 41 rakaat (bersama witir). Ulama Madinah berpendapat seperti itu. Mayoritas ulama -berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ali, Umar, dan sahabat-sahabat Nabi SAW yang lain- berpendapat bahwa rakaatnya berjumlah 20. Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al Mubarak, dan Asy-Syafi'i berpendapat seperti itu. Asy-Syafi'i berkata, "Demikianlah yang aku lihat di kota kami (Makkah), yaitu shalat 20 rakaat." Ahmad berkata, "Dalam masalah ini ditemukan banyak riwayat yang masing-masing tidak perlu diperdebatkan. " Ishaq berkata, "Akan tetapi kami memilih 41 rakaat, berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab." Ibnu Al Mubarak, Ahmad, dan Ishaq memilih agar seseorang shalat sunah dalam bulan Ramadhan bersama dengan imam. Sedangkan Asy-Syafi'i memilih agar seseorang shalat sendirian, bila orang itu bacaanya memang bagus. Pada bab ini ada hadits dari Aisyah, Nu'man bin Basyir, dan Ibnu Abbas.

Keutamaan Memberi Makan untuk Berbuka Kepada Orang yang Berpuasa

حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحِيمِ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ أَبِي سُلَيْمَانَ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

. Hannad menceritakan kepada kami, Abdurrahim bin Sulaiman memberitahukan kepada kami dari Abdul Malik bin Abu Sulaiman, dari Atha', dari Zaid bin Khalid Al Juhani, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa untuk berbuka, maka ia mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu'. " Shahih: Ibnu Majah (1746)

Abu Isa berkata, "Hadits itu adalah hadits hasan shahih. "

Anjuran Shalat Malam Bulan Ramadhan dan Keutamaannya

حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِعَزِيمَةٍ وَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ فَتُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ كَانَ الْأَمْرُ كَذَلِكَ فِي خِلَافَةِ أَبِي بَكْرٍ وَصَدْرًا مِنْ خِلَافَةِ عُمَرَ عَلَى ذَلِكَ وَفِي

. Abd bin Humaid menceritakan kepada kami, Abdurrazzaq memberitahukan kepada kami, Ma'mar memberitahukan kepada kami dari Az-Zuhri dan Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah SAW selalu memberi menganjurkan untuk melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan tanpa mewajibkannya kepada mereka. Beliau bersabda, 'Barangsiapa shalat malam bulan Ramadhan dengan iman dan mengharapkan pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni'. Kemudian Rasulullah SAW wafat, dan perintah itu tetap seperti itu. Kemudian pada masa pemerintahan Abu Bakar dan awal pemerintahan Umar bin Khaththab perintah itu tetap seperti itu." Shahih: Shahih Abu Daud (1241) dan Muttafaq 'alaih. Perkataan: "Beliau SAW wafat" adalah mudraj (disisipkan) dari perkataan Zuhri dalam riwayat Shahih Bukhari.

Pada bab ini ada juga hadits yang diriwayatkan dari Aisyah. Diriwayatkan pula dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah, dari Nabi SAW. Abu Isa berkata, "Hadits itu adalah hadits hasan shahih."